Meskipun Tarian Bantengan di Malang masih eksis, namun menghadapi beberapa tantangan dalam mempertahankan eksistensinya, seperti:
Kurangnya minat generasi muda: Generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya populer, sehingga minat terhadap kesenian tradisional seperti Bantengan menurun.
Perubahan gaya hidup: Perkembangan teknologi dan gaya hidup modern membuat masyarakat lebih mudah terdistraksi dan melupakan tradisi.
Keterbatasan sumber daya: Keterbatasan dana dan sumber daya manusia menjadi kendala dalam pengembangan dan pelestarian Tarian Bantengan.
Namun, di balik tantangan, terdapat peluang untuk mengembangkan Tarian Bantengan dan memperkenalkan kepada khalayak yang lebih luas:
Pemanfaatan media sosial: Media sosial dapat digunakan sebagai platform untuk mempromosikan dan memperkenalkan Tarian Bantengan kepada khalayak yang lebih luas, memperluas jangkauan dan meningkatkan apresiasi terhadap seni tradisional.
Kolaborasi dengan seniman muda: Kolaborasi dengan seniman muda dapat menghasilkan karya-karya inovatif yang menarik minat generasi muda, memperkenalkan tradisi dengan cara yang lebih relevan dan menarik.
Pengembangan pariwisata: Tarian Bantengan dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, meningkatkan nilai ekonomi dan memperkenalkan budaya lokal kepada dunia.
Kesimpulan
Tarian Bantengan di Malang merupakan warisan budaya yang berharga, sebuah cerminan nilai-nilai luhur dan semangat juang masyarakat Malang. Tarian ini bukan sekadar tontonan, melainkan juga sebuah bentuk ekspresi budaya yang sarat makna, mempererat ikatan sosial dan menjaga kelestarian tradisi. Melalui upaya pelestarian dan pengembangan yang berkelanjutan, Tarian Bantengan dapat terus hidup dan berkembang, menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dan menjadi bagian integral dari identitas budaya Malang.