Apakah para penumpang yang mayoritas berasal dari Bandung---termasuk para turis bule tadi---ataukah sebetulnya masyarakat di sekitar Bandara Kertajati, yakni masyarakat Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) atau Susutegbres (Subang, Sumedang, Tegal, Brebes)? Mari kita analisis bersama.
Bagi Bandara Kertajati, dialihkannya rute penerbangan ke Luar Pulau Jawa dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati adalah sesuatu yang patut disyukuri.Â
Meskipun bersifat given oleh regulator, namun kehadiran kedua belas rute penerbangan ini tidak serta merta membuat kami duduk santai dan berkipas-kipas.Â
Dari segi komersial, kami harus mempertahankan angka load factor habis-habisan, dan bahkan harus meningkatkannya. Kami harus memutar otak bagaimana caranya agar kami terus melakukan inovasi-inovasi pemasaran di tengah berbagai keterbatasan, baik inovasi dalam bentuk marketing sales maupun marketing communication (marcomm).
Berangkat dari pengalaman saya yang bertemu turis asing dengan minimnya informasi mengenai Bandara Kertajati dan moda transportasinya, manajemen Bandara Kertajati mendorong untuk dilaksanakannya kegiatan marcomm di Car Free Day di dua titik, yakni Cirebon dan Bandung.Â
Diselenggarakan selama empat pekan di bulan Juli dan Agustus, tim marketing kami menemukan satu hal yang menarik. Di Car Free Day Stadion Bima Cirebon, tidak banyak warga yang antusias terhadap rombongan PT BIJB yang 'berhalo-halo' mengumumkan Bandara Kertajati yang sudah melayani 11 rute penerbangan ke luar pulau Jawa dan 1 rute ke Surabaya.Â
Kepada tim marketing kami yang menawarkan selembar flyer pun, tak sedikit yang menolak. Sangat sedikit warga yang tertarik untuk bertanya-tanya seputar Bandara Kertajati. Padahal secara geografis, Bandara Kertajati hanya ditempuh selama 45 menit dari Cirebon.
Hal yang kontras terjadi di Car Free Day Dago, Bandung. Selama tim Marketing PT BIJB melakukan kegiatan marcomm di sana, hampir 95% masyarakat menerima flyer yang kami sebarkan.Â
Antusiasme warga pun tidak diragukan lagi. Banyak pertanyaan maupun pernyataan terlontar dari warga yang melintas di depan booth kami. Kalau boleh di-ranking, Top 5 pertanyaan dan pernyataan warga Car Free Day Bandung terhadap Bandara Kertajati antara lain sebagai berikut:
- "Katanya ada program DAMRI gratis ke Bandara Kertajati. Gimana cara naiknya?"
- "Bandaranya jauh banget dari Bandung, ya. Saya sih lebih pilih ke Halim atau Cengkareng daripada ke Kertajati."
- "Transportasinya dari Bandung ada apa aja ya?"
- Â "Kira-kira mesti spare waktu berapa jam dari Bandung supaya saya gak terlambat terbang?"
- "Rute internasionalnya kapan adanya ya?"
Berbekal pengalaman kami beraksi di Car Free Day tadi, setidaknya saya dapat mengambil dua kesimpulan. Pertama, warga Bandung lebih antusias daripada warga Cirebon dalam mencari informasi Bandara Kertajati. Kedua, sekesal-kesalnya warga Bandung berbicara di sosial media karena harus jauh-jauh ke Bandara Kertajati kalau hendak terbang ke luar pulau Jawa, pada kenyataannya mereka kepo juga terhadap informasi Bandara Kertajati.
Di awal tadi, saya sempat menyinggung perihal warga Bandung yang dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan jasa transportasi udara dari tiga bandara opsi: Bandara Kertajati, Bandara Soekarno-Hatta, dan Bandara Halim Perdanakusuma.Â