Luar biasa ucapan pengamen itu. Mereka tiap hari bekerja dengan ketulusan dan selalu mendoakan orang lain, meskipun mereka tidak pernah mengaku dirinya religius seperti orang-orang yang mengaku ahli agama. Bagi saya, ucapan ‘‘ikhlas bagi anda, halal buat kami’ adalah mantra pengamen dalam menyeleksi uang yang halal, yang diijalani dengan tetesan keringan naik-turun bis setiap harinya.
Ada dua hal dari keteladan pengamen di bis tersebut. Pertama, pengamen bis itu memberikan keteladan bagaimana  mencari uang dengan kerja keras dan menyeleksi hartanya yang  halal. Kata ‘ikhlas’ adalah kata yang sulit dijalani dalam hidup sehari-hari oleh tiap individu, demikian juga dengan kata ‘halal’. Kedua, dengan ucapan itu pengamen sebenarnya membangun budaya malu kepada penumpang di bis. Kalau diresapi benar, maknanya begitu dalam – malu jika kita tidak ikhlas dalam mengerjakan sesuatu, malu kepada Sang Pembuat Nafas; dan malu jika kita menerima rejeki haram.
Mengapa banyak pejabat publik di negeri ini tidak belajar kepada para pengamen di bis-bis dalam mencari rejeki yang halal? Para pengamen itu tiap harinya sebenarnya kuliah kehidupan di ‘Universitas Bis’ untuk meraih kebahagiaan sejati. Sudah saatnya pejabat publik negeri ini kuliah di ‘Universitas Bis’ agar wajah berita media massa sehari-hari isinya tidak bertajuk korupsi dan pelanggaran hukum kaum pejabat publik melulu.
Tanpa terasa, pikiran yang menerawang setelah melihat aktivitas, sportifitas, dan kebersamaan dalam pencarian nafkah para pedagang asongan dan pengamen sebelum keberangkatan bis tadi, terngiang-ngiang sampai lima jam perjalanan tiba di Jember.
Hikmah yang luar biasa bagi saya sekeluarga untuk terus menambah syukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan oleh Yang Mahapengasih dan Mahapenyayang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI