Mohon tunggu...
Chairil Anam
Chairil Anam Mohon Tunggu... -

life is a Journey

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau Duniaku, A tribute to Indonesian Women

2 Agustus 2011   06:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Tapi kan bisa kemana-mana di seluruh dunia, Bun. Dunia serasa dalam genggaman gitu, Bun.." Senyuman mengembang di bibir mungilnya.

"Huuuhhh..." hidung si anak dipencet-pencet. Gemas.

"Anakku, kamu akan keliling dunia, insyaAllah nak..."

"Hehehe... Bunda udah keliling dunia?"

"Belum sayangku, tapi aku sudah memiliki lebih dari apa yang berharga di dunia, kamu duniaku anakku" Menjadi orang tua tunggal untuk seorang anak semata wayang.

Bergumul dengan kerasnya dunia kerja. Mengimbangi dengan kelembutan pengasuhan anak. Tubuh Laila yang mungil tak mencerminkan sedikitpun semangat hidupnya. Apapun akan dia lakukan untuk membahagiakan Rembulan. Dia tidak lemah, dia kuat. Kuat hati. Dia tidak miskin, dia kaya. Kaya Hati. Berharap sang buah hati akan mendapat masa depan lebih cemerlang darinya.

"Hmmm, Bunda gombal, hahahaa" Rembulan membalas mencubit pipi Laila. Tawa ceria keduanya mengiringi langkah mereka yang kini berjalan pulang. Rembulan digendongnya.

"Bun, gimana ya biar aku bisa keliling dunia?" mencari tatapan mata si bunda, kepala Rembulan menghalang-halangi pandangan Laila.

"Hmm... Kamu harus tetap sholat dan berdoa. Minta diberi kemampuan oleh Allah untuk mencapai apa yang kamu pengen." yakin Laila.

'Karena citamu adalah harapan, harapan adalah doa, sampaikan harapanmu pada Tuhan, sementara Tuhan menyusun skenario terbaik untuk harapanmu, kamu tinggal berusaha dan tetap bersujud syukur atas hidupmu, paling tidak atas desahan nafasmu itu' Terngiang dalam telinga Laila. Ucapan Ibunya dulu kala saat dia masih muda. Ucapan yang menguatkannya menjalani masa-masa sulit dalam hidupnya. Untaian kata dari orang yang terus menjadi sumber inspirasinya, sebelum Rembulan datang menggantikan Ibunya yang mendahuluinya.

"Oh, gitu ya Bun, kalo gitu ayo sholat Bun..." Antusias. Tangan Rembulan mengguncang-guncangkan bahu Laila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun