Mohon tunggu...
Rukhsah Ana Lathifah
Rukhsah Ana Lathifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Tadris IPS

a social butterfly girl who dares to try new things especially adventures and loves nature activities and sports. 🏃🏻‍♀🥋🏕

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar Kognitif, Metakognitif, dan Pendekatan Konstruktivisme

3 November 2024   01:00 Diperbarui: 3 November 2024   02:38 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori belajar kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang melibatkan mental dan bukan semata-mata perubahan perilaku yang tampak.1 Prinsip-prinsip dasar dari teori belajar kognitif meliputi:

  • Proses belajar bukan sekadar menerima informasi secara pasif, melainkan siswa harus secara aktif terlibat dalam membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri.
  • Pembelajaran melibatkan aktivitas mental yang kompleks, seperti mengamati, memahami, menganalisis, dan memecahkan masalah.
  • Pengetahuan baru yang diperoleh siswa dibangun berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya.

Dalam pandangan Kurt Lewin, seorang tokoh terkemuka dalam bidang psikologi kognitif, belajar merupakan suatu proses interaksi antara individu dan lingkungannya. 

Dalam teorinya, Lewin berpendapat bahwa belajar terjadi melalui perubahan-perubahan dalam "bidang psikologis" atau "bidang kognitif" individu. Bidang kognitif mencakup seluruh aspek kehidupan individu, termasuk persepsi, kognisi, emosi, dan motivasi mereka.

Teori Lewin menekankan bahwa belajar adalah proses yang dinamis, di mana berbagai faktor psikologis dalam bidang kognitif individu saling terkait dan saling memengaruhi selama pengalaman belajar. Dengan mempertimbangkan sifat holistik dari bidang kognitif individu, teori Lewin memberikan perspektif komprehensif tentang mekanisme kompleks yang mendasari proses belajar.

Selain Lewin, Jean Piaget adalah tokoh lain dalam psikologi kognitif yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut Piaget, setiap individu akan mengalami empat tahap perkembangan kognitif, yaitu:

  • Tahap Sensorimotorik: Pada tahap awal perkembangan kognitif ini, anak-anak belajar terutama melalui pengalaman fisik dan sensorik.

  • Tahap Praoperasional: Saat berkembang, anak-anak memasuki tahap praoperasional, di mana mereka mulai mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolis

  • Tahap Operasional Konkret: Pada tahap operasional konkret, pemikiran anak-anak menjadi lebih logis, tetapi masih terbatas pada objek dan pengalaman konkret.

  • Tahap Operasional Formal: Tahap akhir, tahap operasional formal, ditandai dengan kemampuan untuk berpikir secara abstrak, logis, dan sistematis.

Sementara itu, Jerome Bruner, tokoh lain dalam psikologi kognitif, menekankan pentingnya proses penemuan (discovery) dalam pembelajaran. 

Bruner berpendapat bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika mereka terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan baru melalui eksplorasi dan pengkajian mandiri. Menurut Bruner, terdapat tiga tahap perkembangan kognitif yang harus dilalui individu dalam memperoleh pengetahuan baru, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.

Teori-teori belajar kognitif memiliki sejumlah implikasi penting dalam proses pembelajaran dan pengajaran, di antaranya:

  • Pembelajaran harus dirancang untuk mendorong keterlibatan aktif siswa dalam membangun pengetahuan, bukan hanya menerima informasi secara pasif.

  • Proses pembelajaran harus memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman siswa sebelumnya sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan baru.

  • Pembelajaran harus mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan mencipta atau menemukan pengetahuan baru.

  • Dalam proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran yang bermakna.

Dengan demikian, teori-teori belajar kognitif memberikan perspektif yang kaya bagi praktik pembelajaran dan pengajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berpikir dan pemahaman konseptual siswa, bukan sekadar pengembangan kemampuan hafalan atau reproduksi informasi.

Shymansky mengatakan konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dimilikinya. 

Menurut hill konstruktivisme merupakan bagaimana menghasilkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya, dengan kata lain bahwa bagaimana memadukan sebuah pembelajaran dengan melakukan atau mempraktikkan dalam kehidupannya supaya berguna untuk kemaslahatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun