Kematangan psikologis berkaitan erat dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada diri seseorang. Kematangan psikologis merupakan hasil proses pertumbuhan dan perkembangan individu yang berlangsung bertahap hingga memunculkan kepribadian dalam diri individu itu sendiri.
Kematangan adalah terlaksananya dengan baik tugas-tugas pertumbuhan dan perkembangan seseorang menuju struktur tingkah laku yang lebih tinggi.
Kematangan berkaitan erat dengan kesiapan belajar, yaitu kondisi fisik dan psikis yang diperlukan untuk proses belajar. Misalnya, seorang anak tidak dapat belajar berjalan sebelum mencapai tahap kematangan fisik yang memadai. Berbicara tentang kematangan berarti juga berbicara tentang kesiapan, di mana proses kematangan dan kesiapan tiap individu berbeda.
Kematangan merupakan indeks sejauh mana individu menjadi lebih dewasa dalam mengembangkan kemampuan dirinya. Faktor yang mempengaruhi kematangan adalah faktor biologis (fisik atau keturunan) dan faktor sosial (lingkungan). Ada beberapa teori belajar yang relevan dalam konteks kematangan yaitu,
- Teori Behavioristik: Menekankan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh lingkungan dan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi antara stimulus dan respons. Penguatan positif dan negatif berperan penting dalam proses ini.
- Teori Humanistik: Fokus pada pengembangan potensi individu dan proses belajar itu sendiri, bukan hanya hasilnya. Teori ini menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan psikologis untuk mencapai kematangan.
- Teori Kognitif: Menyatakan bahwa individu mengolah informasi secara aktif, dengan perkembangan kognitif mempengaruhi cara mereka belajar. Ini termasuk pemahaman tentang tahapan perkembangan, seperti yang diuraikan oleh Jean Piaget.
- Dengan memahami teori belajar ini, dapat merancang pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Teori Humanistik adalah salah satu teori dalam pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk yang seutuhnya dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan dirinya. Tujuan dari teori humanistik adalah untuk memahami perubahan lingkungan dan diri peserta didik sendiri sehingga manusia dapat menjadi seutuhnya dan dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki. Psikologi humanistik mengarahkan peserta didik untuk meningkatkan potensi intelektual yang dimiliki oleh peserta didik.
Teori humanistik menekankan pada pentingnya memperlakukan manusia sebagai makhluk yang utuh dan memiliki potensi besar untuk mengembangkan dirinya. Pendekatan pembelajaran humanistik juga menitikberatkan pada ide-ide siswa yang dianggap sebagai ide yang unik dan harus dipahami oleh pendidik yang hebat.
Oleh karena itu, pendidikan humanistik dapat membantu peserta didik untuk membangun diri ke arah yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
Beberapa model pembelajaran humanistik yaitu:
- Humanizing of the classroom, model ini didasarkan pada tiga hal, yaitu pemahaman diri Kenali proses pertumbuhan yang sedang berubah dan akan terus berubah Kesadaran diri dan identitas, memadukan kesadaran hati dan pikiran.
- Active Learning merupakan strategi pembelajaran yang lebih partisipatif Siswa dapat memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan dibahas dan dipelajari dalam pembelajaran di kelas sehingga mereka Dapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan.
- Quantum Learning adalah cara untuk mengubah hal-hal yang berbeda Interaksi, koneksi, dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen ini mempelajari dalam praktiknya, pembelajaran kuantum mengasumsikan bahwa siswa tahu bagaimana menggunakan pemikiran logis dan potensi emosionalnya dengan baik, katanya mampu membuat lompatan yang sebelumnya tidak dapat diprediksi dengan hasil yang baik.
- The Accelerated Learning adalah belajar yang cepat, menyenangkan dan memuaskan Dalam model ini, guru diharapkan mampu memimpin kelas menggunakan Pendekatan Somatik, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI). (Arbayah, 2013).
Kolb seorang ahli penganut aliran Humanistik membagi tahap-tahap belajar menjadi 4 yaitu (Sumantri & Ahmad, 2019):
- Tahap pengalaman konkret. Pada tahap paling awal dalam peristiwa belajar adalah seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya. Ia dapat melihat, merasakan, dan menceritakan peristiwa sesuai dengan apa yang dialaminya. Namun dia belum memiliki kesadaran tentang hakikat dari peristiwa tersebut.
- Tahap pengamatan aktif dan reflektif. Tahap kedua dalam peristiwa belajar adalah bahwa seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
- Tahap konseptualisasi. Tahap ketiga dalam peristiwa belajar adalah seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
- Tahap eksperimentasi aktif. Tahap terakhir dari peristiwa belajar menurut Kolb adalah melakukan eksperimentasi secara aktif. pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan konsep-konsep, teori-teori, dan aturan-aturan ke dalam situasi nyata.
Teori belajar behavioristik adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik.
Teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulusrespon. Belajar menurut teori ini adalah suatu kontrol instrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidaknya seorang anak bergantung pada faktor-faktor kondisional yang diberikan oleh lingkungannya.