Mohon tunggu...
Sunita Yani
Sunita Yani Mohon Tunggu... -

penyair dari gunung serindit\r\nAku cinta Indonesia..Kalau tidak bisa memperbaikinya paling tidak kita tidak turut serta merusaknya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fabel: Banteng Lawan Garuda (Menang siapa?)

16 Mei 2014   17:30 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:28 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“sebegitu rendahkan mereka dari kami?”

“coba renungkan ..binatang hanya saling bunuh, sedangkan manusia bisa saling fitnah, dan mau mengkhalalkan segala cara demi mencapai tujuan. Engkau sudah tahu fitnah lebih kejam dari pembunuhan itu sendiri. korban pembunuhan mati seketika dan usai rasa sakitnya, sedang Korban fitnah akan merasakan sakit sepanjang sisa umurnya sampai ajal  menjemputnya”

“jadi sebaiknya kami tetap menjadi binatang saja, mohon nasehat wali…”

“menurutku begitu..”

“Bukankah tuhan menjadikan manusia sebagai  makhluk paling mulia?”

“memang benar begitu. Manusia bisa menjadi lebih mulia daripada malaikat, jika dia mendekatkan sifat dan perilakunya dengan meniru sifat-sifat tuhan, seperti  sifat kasih sayang, santun, lembut atau sejenisnya”  kanjeng wali bertutur. “Tapi ingat manusia juga bisa lebih hina dari binatang, jika memperturutkan sifat-sifat buruk, seperti berbohong, memfitnah, menipu,licik atau sejenisnya” lanjut kanjeng wali “ menjadi binatang itu lebih enak dan mudah…tidak di tuntut tanggungjawab dunia sampai akhirat. Segala hasrat kebinatangan bisa di salurkan tanpa beban, hubungan sexual bisa dengan siapa saja. tidak perduli anak atau orang tuanya sendiri. Tidak perduli teman atau tetangga, selagi mau dan bisa, semua mungkin untuk dilakukan. Semua hanya berdasarkan kuasa. Siapa yang kuat itulah sang penguasa. Setelah jadi peguasa melakukan apapun bisa, tanpa harus bertanggungjawab kepada yang maha kuasa, tidak perlu takut neraka.benar bukan?”

“Benar wali…kami  baru mengerti. Mohon pamit wali…doakan saja kami  tetap jadi binatang, jangan jadi manusia, saya kuatir tidak kuat menjadi manusia”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun