Mohon tunggu...
anak banten
anak banten Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pov Tami: Partisipasi Pemilih Kota Tangerang Anjlok Cuma 55% yang Milih, Coba Itu!

3 Desember 2024   13:40 Diperbarui: 3 Desember 2024   13:40 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangerang, 03 Desember 2024

Desember 2024 Menjelang, Pemilihan Kepala daerah sudah terlaksana dengan baik dan cenderung tidak ada kekacauan. Penghitungan di tingkat Kecamatan Pun hampir sudah rampung, angka perolehan pun dapat diakses dan bertebaran sudah ke publik. 

Kota Tangerang sebagai kota Besar yang memiliki Jumlah Pada pertengahan tahun 2024 (Sumber BPS Kota Tangerang), jumlah penduduk kota Tangerang sebanyak 1.927.815 dengan kepadatan 12.000 jiwa/km2. Tangerang merupakan kota penyangga ketiga terbesar di kawasan metropolitan Jakarta Raya setelah Kota Bekasi dan Kota Depok, Jawa Barat. Jumlah DPT yang terdapat di KPU  juga mengalami  peningkatan DPT dibandingkan dengan Pemilu 2024 sebelumnya. 

Berjumlah 1.377.828 orang, pemilih yang terdata didominasi generasi milenial dengan persentase mencapai 36 persen (255.197 orang) lalu disusul generasi X dengan persentase mencapai 28 persen (194.364 orang) Sumber KPU.

Dari serangkaian informasi tersebut kita bisa menghitung dan membandingkan data yang ada dimana data DPT Kpu Kota Tangerang sebesar 1.377.828 Orang pemilih yang hanya hadir Memilih +/-  802.235 orang dan jumlah suara Sah +/- 758.778 suara dan suara tidak sah +/- 43.547 suara. 

dari JUmlah DPT KPU Kotang sebesar 1.377.828 Orang pemilih dikurang Jumlah Jumlah yang Hadir memilih hanya  802.235 orang, berarti yang hadir cuma 58%. kemudian kalau kita hitung persentse suarat Sah cuma 55% maka bisa dikatakan partisipasi Pemilihan Kota Tangerang Anjok.

Berbagai faktor dapat menyebabkan partisipasi pemilih berkurang tajam pada Pemilu 2024 di Indonesia. Beberapa alasan utama yang mungkin mempengaruhi antara lain:

Kelelahan Politik: Pemilu 2024 akan menjadi pemilu serentak yang melibatkan banyak pemilihan, seperti Pemilihan Presiden, Pemilihan Legislatif, dan Pemilihan Kepala Daerah. Kombinasi banyaknya pilihan ini bisa menyebabkan kelelahan politik di kalangan pemilih, terutama jika mereka merasa sudah cukup banyak terpapar dengan kampanye dan informasi politik yang berlebihan.

Ketidakpuasan Terhadap Sistem Politik: Banyak pemilih yang mungkin merasa bahwa sistem politik atau pemerintah tidak berhasil membawa perubahan yang signifikan bagi kehidupan mereka. Ketidakpercayaan terhadap elit politik, korupsi, atau janji-janji yang tidak ditepati bisa membuat sebagian orang merasa apatis dan enggan untuk memilih.

Kurangnya Pemahaman atau Informasi: Pendidikan politik yang rendah atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemilu bisa membuat sebagian orang merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak. Ini juga bisa diperburuk oleh informasi yang tidak akurat atau hoaks yang tersebar luas, yang merugikan proses demokrasi.

Pemilih Muda yang Apatis: Pemilih muda, yang merupakan kelompok demografis yang semakin besar, sering kali kurang tertarik dengan pemilu. Mereka mungkin merasa bahwa partisipasi mereka tidak akan merubah keadaan, atau mereka tidak merasa terhubung dengan para calon atau partai politik yang ada.

Kepastian Sosial dan Ekonomi: Krisis sosial atau ekonomi, seperti dampak dari pandemi atau inflasi, dapat membuat masyarakat lebih fokus pada kebutuhan dasar mereka daripada berpartisipasi dalam pemilu. Jika mereka merasa hidup mereka lebih terpengaruh oleh masalah ekonomi daripada oleh politik, partisipasi mereka bisa menurun.

Kultur Pragmatisme yang Tinggi hal yang paling dominasi karena banyak masyarakat terpapar kultur pragmatism saat pilpres dan pileg kemarin yang semua calon melakukan hal yang sama. Dan pemilikada yang berlangsung kemaren juga dimanfaatkan kembali oleh masyarakat dalam Bahasa mereka ... aya Mereun seutikmah .. budaya yang semakin membudaya

Semua faktor ini dapat bekerja secara bersamaan, menyebabkan penurunan partisipasi pemilih yang signifikan dalam Pemilu 2024. Oleh karena itu, penting bagi pihak penyelenggara pemilu, partai politik, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam meningkatkan kesadaran politik dan memastikan akses yang lebih mudah serta pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya hak suara dalam pemilu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun