Mohon tunggu...
Nyimas Herda
Nyimas Herda Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

aku adalah aku..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Biarkan Aku di Sini

6 November 2017   14:58 Diperbarui: 6 November 2017   15:00 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tahu, waktuku tidak banyak namun banyak hal yang ingin aku lakukan. Diantaranya ketemu kembali sama kamu.. ya kamu, dirimu. Aku ingin kita kembali bersama mengukir indah warna-warna di kehidupan kita. Aku dan kamu. Aku masih ingat saat tiba-tiba kau muncul di depan pintu rumahku, beberapa tahun yang lalu.

Senyummu masih sama.. masih indah, hanya saja seperti katamu kini gigimu tidak utuh lagi. Yaah aku lihat gigi depanmu jarang-jarang. Ada yang tidak ada di situ. Kamu ompong depan.. teriakku saat kusadari gigi putihmu ternyata tidak utuh lagi. Kamu tertawa renyah dan menyentil hidungku yang jauh dari mancung..

"Kamu ada-ada saja.. mana suami dan anak-anakmu.. kamu kenapa sendiri ?" katamu dan segera mengikuti isyaratku yang mempersilakan kamu masuk.

Aku diam. Yah memang kamu kenal mereka. Kalian pernah bertemu dan kalian pernah saling bicara akrab. Suamiku orangnya ramah dan mudah menarik hati orang. Saat kamu dan suamiku bertemu kalian ngobrol seperti teman sudah lama kenal padahal itu baru beberapa jam yang berlalu.

"Kenapa diam.. di mana mereka.."tanyamu setelah rapi.. duduk di kursi tamu. Aku diam mencari kata-kata yang tepat. Andai dia tahu apa yang telah terjadi tiga tahun belakangan ini dia tentu tidak akan percaya. 

"Heiii diam mulu.. ada apa ? ini rumah juga kenapa sepi sekali begini.. misalnya nih.. ruang tamumu ini.. biasanya ada TV untuk teman tamu jika tuan rumahnya lagi ke belakang.. terus itu tempat ikanmu juga sudah tidak ada.. dan kupikir suasana ruang-ruang yang lain juga.."analisamu tanpa kuminta. Ah kamu tentu merasa heran kan. Karena sebelum dirimu pergi jauh-jauh dari kota kita ini. Suasana rumah ini memang penuh keceriaan, tidak seperti ini.. lenggang dan ya sepi seperti katamu.

"Baiklah.. aku panggil sendiri saja suamimu... ini sudah jam 4, tentu dia sudah pulang dari ngajar. dia ngajar pagi setahuku.."katamu lagi sambil melihat ke jam tangannya.

"Amran...hallo pak Amran.. kamu di mana ?"kamu beranjak berdiri dan melonggo ke ruang dalam yang dulunya adalah ruang keluarga.

tapi suaramu tertelan oleh sepi. Maafkan aku.. 

"Pada pergi ya.. suami dan anak-anakmu..."katamu setelah puas berteriak-teriak tanpa hasil.

Aku hanya mengangguk

"iya.. iya pergi.."aku mencoba menyakinkan tetapi suaraku terdengar sedikit gugup dan itu bisa kamu baca. Karena itu kamu pelototi aku.

"Katakan Lila.. jangan buat aku penasaran dan menduga yang tidak-tidak padamu.." tiba-tiba kamu menjadi gusar. Aku terkejut dan diam-diam khawatir, bisa jadi kamu akan menyudutkanku sehingga aku harus bercerita tentang kejadian tiga tahun yang lalu. Aku harus mencari cara agar kamu tidak mengarah ke situ.

"Kamu mau minum apa Zal ?" tanyaku dan bergegas masuk ke dalam untuk menyiapkan minum, aku hanya ada air putih. Aku segera menggambil gelas dan mengarahkannya ke galon. Tetapi untuk langsung ke ruang tamu lagi, aku ragu.

"Heiii Lila.. kamu mau nyiapi apa an sih, lama banget.. aku mau pulang nih.. aku ada kerja.."teriak Kamu. 

Tergesa aku ke depan lagi. Kamu sudah di depan pintu keluar.

"Aku mau pulang Lila.. aku kesini sebenarnya mau ketemu suamimu. Ada tender yang membutuhkan tenaganya.."katamu sambil memperhatikan aku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menyelidik.

"Sebenarnya aku sudah tahu soal meninggalnya suami dan anak-anakmu dari Rosa..dia adik iparmu kan.."katamu tiba-tiba. Hah aku bengong.

"Katanya ini semua kamu penyebabnya...ya kan..tapi tidak ada bukti"kata kamu tanpa ampun. Aku terdiam.. nampan yang kupegang sedikit gemetar.. untuk menghilangkan kesanku yang begitu kacau, aku ambil gelas yang berisi air putih itu dan memberikannya padamu. Dia tersenyum dan menerimanya.

"Sebenarnya aku tidak mau minum... Lila.. tetapi sudahlah mengingat persahabatan kita sedari kecil.. aku minum ya.."dan kamupun minum air putih itu sampai habis. Kamu kembalikan gelasnya.

"Aku pulang ya.." kamupun pamitan. Aku mengangguk. Kamupun menjauh.. jauh dan menjauh dan aku tahu apa yang akan terjadi nanti, bebeapa jam lagi di mana mungkin kamu sudah sampai di rumah...

Aku masuk.. duduk di kursi yang tadi kamu tempati. Aku menunggu.. dan benar.. tak lama telepon berdering.

"Hallo Lila.. tadi Rizal kerumahmu ya.. dia.. dia..."aku segera menutup telpon itu.. itu telpon dari Rosa.. hemn kamu tidak tahu Zal. Air yang kuberi padamu adalah air yang sama kuberikan pada suami dan anak-anakku.. tiga tahun yang lalu. Air yang menghilangkan haus.. dan setelah minum air itu tidak akan pernah haus lagi, tidak pernah butuh air lagi.

Hahahahahahha

Selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun