Mohon tunggu...
Nyimas Herda
Nyimas Herda Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

aku adalah aku..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istri Kedua

4 April 2016   16:27 Diperbarui: 4 April 2016   17:36 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

.. mungkin hal itu bukanlah harapan bagi setiap wanita pada saat dirinya ditakdirkan menjadi seorang istri tetapi kadangkala hal tersebut tidak dapat dielakkan dan perjalanan hidup yang mengalir mengkondisikan dirinya menjadi istri kedua.

"Jadi, dirimu tetap dengan keputusan itu, menerima dirinya menjadi suamimu" terdengar suara saudara perempuan dari mamaknya Jannah.

"Iya Wak.."lirih jawaban Jannah.

"Kamu tidak mau tahu bagaimana perasaan istri pertamanya"kembali terdengar suara wanita separuh baya yang dipanggil Jannah dengan sebutan "Mak tuo" itu.

"aku sudah ngomong dengen ayuk dan ayuk tidak keberatan, dia bahkan menyuruh aku secepatnyo menjawab lamaran kak Rusdi itu.."suara Jannah tersengal karena mata Mak tuonyo itu begitu tajam menatapnya.

"yo sudah... tapi jangan harap kau dapat restu dari aku..."bergelegar suara itu memecah malam yang sunyi, membuat hati Jannah seolah mengelepar, tetapi mau bagaimana lagi Jannah telah mengambil keputusan, dan seorang Jannah pantang surut dengan apa yang telah diputuskannya.

....

Dan ketika waktu telah ditetapkan, tanpa menundah lagi akad nikahpun berlangsung. Semuanya berjalan dengan lancar, meski tanpa pesta yang meriah dan tanpa restu Mak Tuo yang merupakan orang yang paling disegani dan dihormati dikeluarganya, Jannah resmi menjadi istri Pak Rusdi, salah satu pegawai kecamatan di kotanya. Selisih usia Pak Rusdi dengan Jannah cukup jauh, bahkan jika Rusdi menikah di usia 20 tahun bisa jadi anak pertamanya akan seusia dengan Jannah.  Untungnya Rusdi menikah dengan istri pertamanya pada saat berusia 30 tahun sehingga sekarang usia anak pertamanya baru 17 tahun masih mudaan anaknya di banding Jannah yang  usianya genap 27 tahun.

“Istriku, terimakasih atas semua yang telah kau berikan padaku malam ini”kata Pak Rusdi dengan suara selembut kapas kepada Jannah saat malam pertama dilalui dengan mulus. Muka Jannah yang memperlihatkan tanda-tanda baru menemukan pengalaman pertama dikerjai oleh seorang lelaki terlihat bersemu merah dan mengundang kembali minat Pak Rusdi untuk kembali bergumul di ranjang pengantin mereka.

Sudah dapat diduga kan, berapa ronde yang mereka habiskan malam itu. Yah, meski baru pertama kali ternyata Jannah cepat pandai mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh Pak Rusdi yang berpengalaman dalam berbagai gaya.

Terlihat wajah cerah Pak Rusdi, karena sejujurnya  malam pertama Jannah dan malam kesekian buatnya itu sebenarnya sesuatu yang telah hampir sepuluh tahun tidak dirasakannya lagi semenjak istri pertamanya Nurlela mengindap penyakit kanker payudara. Dan dia, sesungguhnya pula dapat memaklumi jika pernikahan dengan Jannah itu atas restu Nurlela, istri pertamanya yang selama lebihkurang tujuh belas tahun mengiringi perjalanan hidupnya, baik senang maupun susah. Nurlela istri yang baik dan ibu yang jempolan buat anak-anaknya yang ada 4 orang itu.

                Pak Rusdi ingat ketika hari itu sepulang dari kantor camat saat dia melintas di kamar Nurlela, istrinya karena hendak ke dapur mengambil air minum.

“Kak... kak Rusdi” suara parah Nurlela terdengar menyuruhnya masuk ke bilik dan mendekat kedirinya. Pak Rusli hati-hati duduk di samping Nurlela yang selalu berbaring karena sakitnya dan sang istri tidak pernah mau menerima tawarannya untuk operasi. Biarkan aku mati tanpa tersentuh pisau dokter, dan Pak Rusdi tak mampu mengugat kehendak sang istri.  

“Usiaku tak lama lagi kak, beristrilah...”kata-kata Nurlela sejenak membuat Pak Rusli sulit bernafas. Digenggamnya tangan mungil Nurlela yang senantiasa dingin, sedingin es dalam lemari pendingin.

“Kamu tidak boleh bicara begitu..”Pak Rusdi berkata separuh menangis. Dia merasakan jiwanya hilang sebelah karena keinginan sang istri yang lain daripada yang lain.

“Kusarankan Jannah, dia wanita yang baik. Aku percaya dan yakin, dia akan bisa menggantikan diriku untukmu dan anak-anak...”Nurlela menyelesaikan kalimat panjangnya dengan susah payah.

Ternyata Nurlela serius dengan semua itu. Besoknya dia menyuruh Pak Rusdi untuk mengajak Jannah yang merupakan pegawai baru di kelurahan yang dinaungi kecamatan tempat Pak Rusli bekerja agar datang menemuinya. Jannah tak kalah kagetnya seperti Pak Rusdi. Nurlela memang istri istimewa bahkan dia rela menandatangani surat izin menikah lagi agar pak Rusdi tidak terkena peraturan PP 7 yang melarang PNS beristri dua, kecuali jika istri pertama mengizinkan.

Begitulah, semuapun bergulir dengan lancar sampai akhirnya Jannah yang memang sejak menjadi pegawai kelurahan dekat dengannya, menjadi istri keduanya.

--- bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun