Mohon tunggu...
Anak Lestari
Anak Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak ada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kanker Payudara: Awali dengan SADARI dan Deteksi dengan teknologi Radioaktif

23 Desember 2024   15:36 Diperbarui: 23 Desember 2024   15:51 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kanker Payudara (Sumber: Klik Dokter)

        Payudara merupakan aset wanita yang harus dijaga dan dirawat. Hal ini dikarenakan payudara merupakan salah satu organ yang rentan terkena penyakit berupa kanker. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum di dunia, terutama di kalangan wanita. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia, (2017) bahwa lebih dari 2 juta kasus baru kanker payudara didiagnosis setiap tahunnya. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 100 kasus baru penderita kanker per 100.000 penduduk setiap tahun. Dengan populasi sebanyak 237 juta jiwa, angka ini setara dengan sekitar 237.000 kasus kanker baru setiap tahunnya. Diagnosis dini memainkan peran penting dalam meningkatkan peluang kesembuhan. Kementerian Kesehatan RI telah menjalankan program deteksi dini kanker payudara melalui metode yang disebut SADARI (pemeriksaan payudara sendiri). SADARI adalah cara sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap wanita untuk mendeteksi adanya benjolan atau kelainan lain pada payudara.

        SADARI merupakan metode yang dapat dilakukan secara mandiri. Namun, metode tersebut belum secara maksimal mendeteksi jenis benjolan payudara yang teraba. Salah satu metode diagnostik yang telah berkembang pesat adalah penggunaan teknologi berbasis radioaktif. Teknik ini menawarkan pendekatan non-invasif yang lebih sensitif dan akurat dibandingkan beberapa metode tradisional lainnya, seperti mamografi atau ultrasonografi.

            Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam prinsip dasar teknologi radioaktif, prosedur deteksi, keunggulan, tantangan, serta perkembangan terkini dalam penggunaannya untuk mendeteksi kanker payudara. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan teknologi ini dapat dimanfaatkan secara luas untuk meningkatkan angka kesintasan pasien.

Prinsip Dasar Teknologi Radioaktif dalam Deteksi Kanker

Radiorapi Kanker Payudara (Sumber: Halo Sehat)
Radiorapi Kanker Payudara (Sumber: Halo Sehat)

              Teknologi berbasis radioaktif bekerja dengan menggunakan isotop radioaktif yang dapat melacak aktivitas biologis dalam tubuh. Isotop radioaktif ini memancarkan radiasi yang dapat dideteksi oleh alat pencitraan medis. Dalam konteks deteksi kanker payudara, isotop radioaktif sering digunakan dalam bentuk radiotracer, seperti Teknesium-99m (Tc-99m) yang dikombinasikan dengan senyawa farmasi tertentu. Radiotracer ini dirancang untuk secara selektif terakumulasi di jaringan yang memiliki aktivitas metabolik tinggi, seperti tumor kanker.

             Proses akumulasi radiotracer pada jaringan kanker disebabkan oleh tingginya kebutuhan energi sel kanker untuk mendukung pertumbuhannya yang cepat. Radiotracer yang disuntikkan ke dalam tubuh akan mengikuti aliran darah dan terkonsentrasi pada area dengan aktivitas metabolik yang abnormal. Setelah radiotracer terdistribusi di tubuh, alat pencitraan seperti SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography) atau PET (Positron Emission Tomography) digunakan untuk menghasilkan gambar detail jaringan payudara.

  • SPECT: Teknologi ini mendeteksi foton yang dipancarkan oleh isotop radioaktif untuk membuat gambaran tiga dimensi jaringan tubuh.
  • PET: Memanfaatkan isotop pemancar positron untuk memberikan informasi lebih detail mengenai aktivitas biologis jaringan. PET sering kali dikombinasikan dengan CT (Computed Tomography) untuk meningkatkan akurasi diagnostik.

Prosedur Deteksi

  1. Pemberian Radiotracer: Prosedur dimulai dengan pemberian radiotracer melalui injeksi intravena. Radiotracer yang digunakan biasanya memiliki waktu paruh yang pendek untuk meminimalkan paparan radiasi pada tubuh.
  2. Distribusi Radiotracer: Setelah injeksi, pasien diminta untuk menunggu beberapa waktu agar radiotracer terdistribusi dalam tubuh dan mencapai jaringan target.
  3. Pencitraan: Pasien ditempatkan dalam perangkat pencitraan seperti SPECT atau PET untuk mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh radiotracer. Proses ini berlangsung selama 20-60 menit tergantung pada teknologi yang digunakan.
  4. Analisis Data: Gambar yang dihasilkan dianalisis oleh ahli radiologi untuk mendeteksi adanya massa tumor, sifat metaboliknya, serta tingkat penyebaran (jika ada).

Penggunaan radioaktif dalam deteksi kanker payudara memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya menjadi metode yang efektif dan inovatif. Berikut adalah uraian keunggulannya:

1. Kemampuan Deteksi yang Tinggi

Metode berbasis radioaktif, seperti pemindaian dengan teknologi PET (Positron Emission Tomography) atau pemindaian nuklir, memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi keberadaan tumor, termasuk yang berukuran kecil. Teknik ini mampu mengidentifikasi perubahan aktivitas metabolik di jaringan payudara, yang sering menjadi indikator awal perkembangan kanker.2

2. Pemetaan yang Akurat

Dengan teknologi radioaktif, dokter dapat memperoleh gambaran yang jelas dan detail tentang lokasi dan ukuran tumor, sehingga membantu dalam perencanaan pengobatan yang lebih tepat. Pemindaian ini juga membantu mendeteksi penyebaran kanker ke kelenjar getah bening atau organ lain.

3. Minimally Invasive

Dibandingkan dengan biopsi tradisional, penggunaan radioaktif untuk diagnosis lebih minim invasif, sehingga lebih nyaman bagi pasien.Prosesnya biasanya hanya melibatkan penyuntikan zat radioaktif dalam jumlah kecil yang aman untuk tubuh.

4. Efektif pada Stadium Awal

Teknik ini mampu mendeteksi kanker payudara bahkan pada stadium awal, sebelum gejala klinis muncul, sehingga memungkinkan intervensi dini yang meningkatkan peluang kesembuhan.

5. Penggunaan Zat Radioaktif Aman

Zat radioaktif yang digunakan dirancang khusus dengan dosis yang sangat rendah, sehingga tidak menimbulkan risiko berbahaya bagi tubuh. Zat tersebut juga memiliki waktu paruh pendek, sehingga cepat tereliminasi dari tubuh pasien.

Risiko dan Tantangan

Meskipun teknologi berbasis radioaktif menawarkan berbagai keuntungan, ada beberapa risiko dan tantangan yang perlu diperhatikan:

  1. Paparan Radiasi: Meskipun dosis radiasi yang digunakan relatif rendah, paparan berulang tetap harus dibatasi untuk menghindari risiko efek samping jangka panjang, seperti mutasi seluler atau kanker sekunder.
  2. Biaya: Prosedur ini memerlukan peralatan canggih dan bahan isotop yang mahal. Hal ini membuatnya sulit diakses oleh populasi di negara berkembang.
  3. Ketersediaan: Tidak semua fasilitas medis memiliki akses ke teknologi ini, terutama di daerah terpencil. Distribusi isotop radioaktif juga memerlukan infrastruktur logistik yang kompleks karena isotop memiliki waktu paruh yang pendek.
  4. Keahlian Medis: Interpretasi hasil pencitraan memerlukan keahlian khusus dari ahli radiologi yang berpengalaman.

Perkembangan Terkini

Penelitian dan inovasi terus dilakukan untuk meningkatkan akurasi, efisiensi, dan keamanan metode ini. Beberapa perkembangan terkini meliputi:

  1. Radiotracer Baru: Pengembangan senyawa baru yang lebih spesifik dalam mengidentifikasi jaringan kanker. Sebagai contoh, Fluorodeoxyglucose (FDG) yang digunakan dalam PET dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang metabolisme glukosa tumor.
  2. Teknologi Hybrid: Kombinasi teknologi pencitraan, seperti PET/CT atau PET/MRI, memberikan gambaran anatomi dan fungsional yang lebih detail sekaligus. Teknologi ini memungkinkan diagnosis yang lebih tepat dan perencanaan terapi yang lebih baik.
  3. Pendekatan Personal: Penyesuaian jenis radiotracer berdasarkan profil genetik dan biologis individu. Hal ini memungkinkan deteksi yang lebih efisien dan pengurangan risiko hasil positif palsu.
  4. Miniaturisasi Peralatan: Penelitian sedang dilakukan untuk mengembangkan perangkat pencitraan portabel yang dapat digunakan di klinik kecil atau daerah terpencil.
  5. Pengurangan Dosis Radiasi: Teknologi baru sedang dikembangkan untuk mengurangi dosis radiasi yang diperlukan tanpa mengurangi kualitas gambar yang dihasilkan.

Studi Kasus

Beberapa studi telah menunjukkan keberhasilan teknologi berbasis radioaktif dalam mendeteksi kanker payudara. Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nuclear Medicine menunjukkan bahwa PET/CT memiliki sensitivitas lebih dari 90% dalam mendeteksi kanker payudara tahap awal. Studi lain menunjukkan bahwa teknologi ini mampu membedakan antara tumor jinak dan ganas dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Masa Depan Deteksi Kanker Payudara

Dengan kemajuan teknologi, deteksi kanker payudara menggunakan teknologi radioaktif memiliki potensi untuk menjadi standar emas dalam diagnostik onkologi. Integrasi dengan kecerdasan buatan (AI) juga menjadi fokus penelitian. AI dapat digunakan untuk menganalisis data pencitraan secara otomatis, mempercepat diagnosis, dan mengurangi kesalahan manusia. Selain itu, pengembangan radiotracer berbasis nanopartikel juga menjadi bidang penelitian yang menjanjikan. Nanopartikel ini dapat dirancang untuk menargetkan reseptor tertentu pada sel kanker, meningkatkan spesifisitas dan akurasi diagnostik. Deteksi kanker payudara dengan teknologi berbasis radioaktif merupakan terobosan signifikan dalam bidang diagnostik medis. Metode ini memungkinkan deteksi dini, evaluasi aktivitas biologis tumor, dan pendekatan yang minim invasif. Meskipun memiliki beberapa tantangan, kemajuan teknologi dan penelitian terus mendorong efisiensi dan aksesibilitasnya. Dengan pemanfaatan yang bijaksana, teknologi ini dapat menjadi alat yang sangat penting dalam upaya melawan kanker payudara secara global. Dengan terus mendukung penelitian dan pengembangan teknologi ini, diharapkan lebih banyak pasien dapat memperoleh manfaat dari pendekatan diagnostik yang inovatif dan efektif. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya diagnosis dini juga harus ditingkatkan untuk memastikan deteksi kanker payudara pada tahap yang dapat diobati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun