Mohon tunggu...
Fin
Fin Mohon Tunggu... Pelajar -

Menulis adalah salah satu cara menyebar pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sepucuk Rindu

7 Januari 2016   13:50 Diperbarui: 7 Januari 2016   13:50 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berdegup kencang selaju angin

Berguru dari larian sang waktu

Tak mampu berjalan penuh harapan

Mimpinya tak menentu

Kian berlalu menjadi abu

 

Rindunya tak mampu dipendam

Sunyi sendiri dalam kalbu

Rinai hujan akan kesedihan

Dan embun setebal kenangan

Tak mampu lagi dirasakan

Sudah, tak ada lagi dalam angan

 

Jika saja kau masih disini

Hati ini masih berdenyut

Bagai gemuruh di malam hari

'Ku akui,

Dirimu begitu berarti

Janganlah sendu

Meski aku jatuh merapuh

Sedang kau berdiri setegap tugu

Ini hanya salahku

Karena aku menginginkanmu

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun