"Bolehkah ana manja sama kamu" tanyaku mencoba dengan hati dengan niatan gurauan
"Boleh" jawabnya.
Entah merupakan kode atau apa. Aku pun tak tau. Dan akhirnya percakapan semakin akrab. Ternyata dia benar benar terbuka, dia suka cerita, hingga pernah suatu malam ia menelpon saya via seluler dan WA hampir sekitar 3 jam. Dan disinilah saya belajar menjadi pendengar yang baik. Karena dialah yang berkata banyak . Tentang pengalaman dia, dan lainya.
Semenjak itu kami semakin akrab.
Sering berbicara tentang ini itu. Dia sering menggoda saya dengan cerita ceritanya yang membuat saya tertawa. Tapi sayang sekali saya tidak dapat tertawa dengan lepas. Hingga mengakibatkan pipi saya sakit karena menahan tawa. Dia tak pernah membiarkan obrolan garing. Sepi tanpa pembahasan, dia selalu mengisi pembicaraan dengan hal-hal yang baru yang dapat saya ambil pelajaran darinya. Dia benar benar seru.
Hingga suatu hari Dan tepatnya adalah hari ini (12/12/18)
Semua diakhiri. Saya sudah menduga hari ini. Karena saya sadar. Semua itu adalah sebuah titipan dan persinggahan. Apalagi tentang hati. Jika tanpa ada ikatan. Apalah daya. Tak ada hak untuk satu dan lainya.
Sedih? Entahlah .mungkin sedih. Dimana biasanya dia ada. Tapi semua berakhir sudah. Saya mengenalnya hanya beberapa hari tapi sudah banyak sekali hal yang saya dapatkan dari dia. Saya pun tak tau apakah ia akan kembali.
Menjaga hati sangatlah sulit. Dan hal yang paling saya takutkan ialah istilah mati 1 tumbuh 1000.
Seperti pada cerita sebelum dia. Jika sedikit kedekatan saya dengan seseorang berakhir. Maka datanglah orang lain dengan keistimewaan tersendiri menghampiri. Apakah ini nikmat? Apakah ini cobaan? Saya tak tau. Yang saya tau. Menjaga hati tidaklah semudah menjaga sesuatu yang terlihat.Â
Menjaga sesuatu yang terlihat .akan dengan mudah mengetahui cacatnya, kemudian memperbaikinya. Menjaga hati? Bagaimana kita tau dengan cacatnya? Terkadang hati juga bisa berdusta.
Memang jodoh sudah diatur. Tapi dalam perjalananya tak sedikit banyak seseorang yang singgah.