Mohon tunggu...
Ana Fauzia
Ana Fauzia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sedang Perihal Kematian pun Kita Harus Belajar

24 September 2020   09:11 Diperbarui: 24 September 2020   09:18 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: wishwatar.org

"Tabib berkata, penyakit ini diawali dengan detak jantungku yang tak menentu dan iramanya yang tak beraturan. Lekas-lekas aku meminta kereta kudaku untuk disiapkan. Aku bersusah payah untuk keluar, sementara Paulina mencegahku, dia memintaku untuk memperhatikan kesehatanku. Karena aku tahu kesehatannya begitu bergantung pada kesehatanku, aku akhirnya mulai memperhatikan diriku supaya aku bisa memperhatikannya" (Surat-surat 104.1-4).

Apa artinya? Bahwa perasaan tulus yang datang dari orang lain haruslah kita nikmati, karena terkadang ketika keadaan mulai menghimpit sekalipun dan rasa sakit datang menghampiri, namun demi orang-orang terdekat dan tersayang kita harus tetap kuat dan tetap hidup. Sebagaimana halnya, ketika melihat anak, atau istri tercinta, seorang ayah sekaligus sebagai suami, harus berusaha untuk bertahan hidup di kala ia sakit demi kelangsungan hidup anak dan istrinya juga. Begitupun dalam konteks yang lainnya, bahwa seorang yang baik haruslah hidup bukan selama yang dia inginkan, tapi selama seharusnya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun