Ahli Waris Dt. Rajo Mudo, Januari atau lebih akrap di panggil Siawang, di Ranah Sigading menceritakan kepada penulis. Sebelum masjid ini didirikan. Dahulunya, kaum laki-laki dari kabun shalat jumatnya di Ranah Sigading, karena jarak yang jauh, hampir tiap shalat jumat mereka selalu datang terlambat.
Ketika orang sudah selesai shalat, mereka baru sampai, terkadang masih dalam perjalanan. "Waktu itu, susunan pengurus masjid di Ranah Sigading, Imam dari Ranah Sigading, Khatib dari Subarang Ombak dan Bilal dari Kabun. Itulah sebutan oleh orang tua-tua kita dahulu." Jelasnya.
Menurut Adat Minangkabau, nagari itu ada tiga macam, yaitu :
Pertama Nagari Nan Babintang Ameh adalah nagari, adat dan agama sudah ada, tapi belum tersusun. Belum ada gala (gelar) Malin Jo Penghulu, Monti Jo Hulubalang.
Kedua Nagari Nan Babintang Perak. Yang dikatakan Nagari babintang perak adalah nagari yang disusun pada tahun 1835 M di Bukit Marapalam - Puncak Pato. Disitulah awal berdirinya gala (gelar), Malin Jo Penghulu, Monti Jo Hulubalang.
Ketiga Nagari Nan Babintang Suaso. Nagari babintang suaso berdiri pada tahun 1888 M, empat Nagari di Kab. Sijunjung, salah satunya Nagari Sisawah, termasuk nagari babintang suaso yang disusun di bukik bulek, benderanya sawah tigo suduik.
Berdasarkan pembagian nagari menurut adat minangkabau. Maka, Nagari Ranah Sigading termasuk kedalam kriteria Nagari Nan Babintang Ameh. Adat dan agama sudah ada tapi belum tersusun, belum ada gala (gelar) Malin Jo Panghulu monti jo Hulubalang.
Pada tahun 1885 M, terjadilah perubahan di Nagari Ranah Sigading. Subarang Ombak masuk ke Nagari Muaro. Ranah Sigading, Sungai Gemuruh dan Kabun masuk ke Nagari Padang Laweh. Menurut sejarah waktu itu, Kabun bergabung ke padang laweh lebih kurang 2 tahun.
Pada tahun 1888 M. Datanglah Panji alam dari Sisawah. Inti kedatangnya ingin meminta satu suku ke kabun untuk mencukupi syarat mendirikan Nagari Sisawah.
Syarat untuk mendirikan sebuah nagari waktu itu harus ada sepuluh suku, sementara di sisawah hanya ada sembilan suku, sebagai solusi untuk mencukupi kukurangan suku tersebut, maka dimintalah satu suku ke kabun.
Pertemuan antara Panji Alam dengan Dt. Nan Anam (Murai Sati, Mambang Sati, Ampadu Bosi, Obung Pode, Tampono, Malin Pandeka) diadakan di Masjid Tuo, Kojai, Kabun. Dalam pertemuan tersebut, Panji Alam menyampaikan maksud serta tujuan kedatanganya ke kabun, yaitu ingin meminta satu suku sebagai syarat mendirikan nagari di sisawah.