Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin mendesak, pencapaian Net Zero Emission menjadi salah satu fokus utama global. Indonesia, sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia, memiliki peran strategis dalam upaya ini. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan penting dalam mendukung transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan melalui berbagai program dan kebijakan yang tidak hanya menguntungkan lingkungan tetapi juga meningkatkan penerimaan negara.
Peran BPDPKS dalam Mencapai Net Zero Emission
BPDPKS telah meluncurkan sejumlah inisiatif untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit. Salah satu program kunci adalah pengembangan biodiesel, khususnya melalui penerapan campuran B30 dan B40, yang mengandung 30% dan 40% biodiesel dari kelapa sawit masing-masing. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan telah terbukti berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, penggunaan biodiesel B30 pada tahun 2021 berhasil menurunkan emisi hingga 25 juta ton CO₂ .Selain itu, BPDPKS juga aktif dalam program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), yang bertujuan untuk mengganti tanaman kelapa sawit tua dengan bibit yang lebih produktif. Langkah ini tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga membantu mengoptimalkan penggunaan lahan, sehingga mengurangi deforestasi yang menjadi salah satu penyebab utama emisi karbon .
Dampak Terhadap Penerimaan Negara
Kontribusi BPDPKS terhadap penerimaan negara sangat signifikan. Ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke lebih dari 160 negara memberikan kontribusi besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pada tahun 2023, sektor ini menyumbang sekitar 88 triliun rupiah, dengan rincian penerimaan dari pajak sebesar 50,2 triliun rupiah dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar 32,4 triliun rupiah . Dengan pengembangan biodiesel yang didorong oleh BPDPKS, Indonesia tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil tetapi juga meningkatkan kemandirian energi nasional.
Tantangan dan Harapan
Meskipun BPDPKS telah menunjukkan komitmen kuat dalam mencapai target Net Zero Emission, tantangan tetap ada. Kritik terhadap industri kelapa sawit sering kali mencuat terkait dampaknya terhadap lingkungan. Namun, melalui inovasi seperti sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan program restorasi lahan gambut, BPDPKS berupaya membuktikan bahwa keberlanjutan dapat dicapai tanpa mengorbankan pertumbuhan ekonomi .Dengan pendekatan yang terintegrasi antara lingkungan dan ekonomi, BPDPKS menunjukkan bahwa industri kelapa sawit dapat berkontribusi positif terhadap keberlanjutan lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Upaya ini bukan hanya penting untuk masa kini tetapi juga untuk generasi mendatang agar dapat menikmati lingkungan yang sehat dan produktif.
Kesimpulan
Sinergi antara BPDPKS dan industri kelapa sawit dalam upaya mencapai Net Zero Emission merupakan langkah strategis yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian negara. Dengan terus mendorong inovasi dan keberlanjutan, Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dalam transisi energi bersih di tingkat global. Keberhasilan ini akan bergantung pada kolaborasi semua pihak untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya berkelanjutan tetapi juga inklusif bagi seluruh masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H