Mungkin Pembaca Kompasiana sempat kepo dengan saya yang pernah tinggal di Dili, Timor Leste selama setahun. Saat itu saya memang masih sangat kecil, umur 3 tahun. Tapi tanyakan pada saya apa yang saya ingat saat di Timor-Timur, hampir semua saya ingat, mungkin saking berkesannya pengalaman ini.
Lanjut ke inti cerita saya. Indonesia sangat luar biasa, negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Negara kita ini adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau. Dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang bersistem pemerintahan Republik.
[caption caption="Sipadan dan Ligitan, sangat kecil di Peta tapi besar pengaruhnya"][/caption]
Tapi Bayangkan saja, jika Indonesia terpreteli satu persatu seperti apa yang terjadi di Timor-timur. Apa yang akan terjadi? Seperti kisah Sipadan dan Ligitan, dilupakan pemerintah Indonesia karena merupakan daerah terluar, sangat jauh dari Ibukota Jakarta, sangat kecil juga di peta. Pemerintah baru heboh saat Malaysia mengklaim pulau tersebut milik mereka. Ironisnya saat di bawa ke mahkamah internasional, Malaysia memenangkan kepemilikan tersebut.
Nah... Sebenarnya apa sih yang menjadi masalah jika Wilayah Indonesia bolong sedikit demi sedikit? Baik yang terluar maupun yang terdalam. Yang mungkin biasa kita sebut dengan daerah 3T (daerah terdepan, terluar, dan tertinggal).
Sumber Daya Kita
Indonesia kaya akan berbagai sumber daya alam yang potensial. Minyak, Gas, Batu bara, emas. Titiknya tidak di pulau jawa, namun berada dekat dengan batas-batas Indonesia. Bahkan di pedalaman juga (seperti Batu Bara di Sangatta, atau Emas yang dikelola freeport di Tanjungpura). Nah.. Saat Timor-timur lepas, apa yang menjadi justifikasi utama mereka ingin merdeka, yaitu terdapatnya potensi Uranium di salah satu wilayah pedalamannya (entah itu benar atau tidak). Yang jelas Indonesia kecolongan banyak. Karena tidak terurusnya daerah 3T tadi.
Wilayah Kita Makin sempit
Berdasarkan tulisan rekan saya yang sebentar lagi jadi dosen Unila (Arliandy Arbad Pratama), dia meneliti tentang batas laut. Sesuai ketentuan UNCLOS 1982, dalam penentuan batas maritim internasional, titik pangkal yang merupakan perpotongan garis air rendah (low water line) dengan pantai digunakan sebagai acuan untuk mengukur 5 batas maritim internasional. UNCLOS 1982 memberi kebebasan kepada tiap negara pantai untuk menentukan air rendah sebagi datum vertikal yang akan digunakan untuk delimitasi batas maritim, baik pada penentuan limit batas maritim secara unilateral maupun pada delimitasi batas maritim secara bilateral.
UNCLOS 1982 juga memberi kebebasan kepada tiap negara pantai untuk menentukan garis air pasang (high water) sebagai datum vertikal yang akan digunakan untuk delimitasi batas maritim, baik pada penentuan batas limit secara unilateral maupun pada delimitasi maritim secara bilateral. Pemilihan garis air pasang sebagai datum vertikal akan memiliki implikasi pada penentuan pulau dan elevasi pasut yang selanjutnya secara berantai akan berimplikasi pada delimitasi batas maritim.
Bayangkan saja jika wilayah laut kita makin sempit, mungkin ketika Bu Susi mengejar kapal berbendera asing untuk ditenggelamkan, kapal tersebut bisa tiba-tiba bersembunyi ke wilayah laut milik negara lepasan Indonesia. Sehingga Bu Susi tak punya kewenangan untuk mengejar kapal yang kadung menjarah ikan-ikan kita. Atau menyelundupkan barang di tengah laut kita.
Keberagaman Kita Terancam
Indonesia Memiliki keunikan Suku, Bahasa, Budaya, Flora, dan Fauna. Saya sendiri saat ini jika akan berkunjung ke Timor Timur tidak se-fleksible dulu, saya bisa menggunakan travel atau bus atau kereta ke Surabaya, lalu terbang dari sana ke Dili. Dulu bisa juga saya transit di Bandara yang ada di Kupang, NTT. Sekarang tidak bisa, saya harus naik pesawat dulu ke Bali lalu terbang via Ngurah Rai ke Bandara yang ada Dili. (meskipun belum pernah lagi, saya akan ke sana untuk nostalgia). Ironisnya lagi, untuk ke sana saya harus bawa paspor, padahal dulu saya bawa diri dan di gandeng orang tua saya cukup.
Keberagaman kita ini merupakan aset pariwisata yang luar biasa. Kepulauan Anambas, Ende, Flores, Sumba, Teluk Bintan, Sorong, Rote, Pulau Komodo. Semua punya daya tarik wisata masing-masing.