“Mungkin aku akan berjalan sendiri.” kataku sambil berlalu.
“Aku akan menemanimu.” untainya sambil mengikuti tiap langkah derapku di sampingku.
Dia bagaikan Grey shadow yang juga mengikutiku.
Subhanallah, Maha Suci Allah yang menciptakan mata untuk melihat dan hati untuk merasakan sebuah rasa.
Lalu pandangan mataku tertuju ke sebuah toko aksesoris yang menarik. Aku melihat jam yang terpajang, akurat, 22.35. Wow, tak terasa sudah lama waktu berlalu di sini. Aku melihat sebelahnya, terdapat 1 set paket manicure, Ahh… mengapa aku harus merawat kuku yang hanya kugigit saat aku iseng.
Lalu aku melihat Dosgrip, warnanya abu-abu berwarna denim, langsung kubaca pricetagnya dan tertera Rp 2380. Sementara ku check di dalamnya terdapat dompet bermerek sama dengan Tempat pensil itu. Lalu aku melihat ke Tempat pensil sebelahnya, harganya jauh lebih mahal, Rp 156.000 yang tertera di sana. “Coba lihat, harganya murah sekali namun aku bisa mendapat dompet.” ujarku padanya dengan nada gembira, lupa dengan kejadian barusan.
Aku bertanya pada kasir
“Berapa harganya mas?”
“Rp 238.000”
“what, kog ditambah 2 0 nya. di mana-mana orang motong angka dengan satuan ribuan.” dia begitu marah.
“Mungkin Redenominasi.” ujarku sambil menarik kembali dusgrip denim yang takkan terbeli itu. Aku letakkan kembali ia ke keranjang tempat aku mengambil.