Mohon tunggu...
AmYu Sulistyo
AmYu Sulistyo Mohon Tunggu... Mahasiswa -

@amyu12 || Ambar Sulistyo Ayu || Seorang Calon Perencana yang Real akan merealisasikan rencana membuat Kota Impian dunia || T.PWK Undip 2012 || Project taker

Selanjutnya

Tutup

Politik

2014 Mahasiswa Agent of Campaign?

17 Januari 2014   09:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:45 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_306479" align="aligncenter" width="300" caption="Ini demo yang dilakukan BEM SI, dan ada presbem 2013 saya di situ."][/caption]

Suatu hari saya pernah bertemu dengan mahasiswi (saat itu saya sudah lulus SMA tapi belum dapat tempat kuliah) di dalam suatu forum jurnalistik, saat itu kami membahas salah satu media yang ownernya terjun ke dunia politik. Di forum itu kami membahas bagaimana pola perilaku media tersebut saat mengekor di salah satu partai kemudian berpisah, mendirikan partai baru dan berubah mencecar partai lamanya dengan cara yang sangat elit. Kamipun turut membicarakan pola rekrutmen politik dari partai yang tidak bermedia, kemudian mahasiswi itu membuka dompetnya, mengeluarkan kartu mirip ATM, "Mungkin ini salah satu caranya." Kata mahasiswi itu, di sana tertulis Kartu Anggota Partai X. Kemudian mahasiswa yang satu forum denganku mengeluarkan kartu sejenis dengan warna berbeda menunjukkan Kartu Anggota Partai Y.

"Dosen kami ngambek, terus nyuruh kami punya ideologi, inilah yang membuat kami seangkatan membuat ini." Dalam batinku, Gila aja, apakah pengaruh untuk harus berpolitik sekuat inikah?

"Nanti kamu akan tahu bagaimana alurnya dek, saat kamu menjadi mahasiswa. Sebenarnya tak selamanya kami akan memilih apa yang ada di dompet kami ini."

[caption id="attachment_306483" align="aligncenter" width="300" caption="Tragedi 1998 saat mahasiswa menuntut Soeharto Mundur"]

13899267401901573881
13899267401901573881
[/caption]

Sesi Menjadi Mahasiswa Baru

Saat menjadi Mahasiswa Baru, aku berpakaian putih-hitam dan tak memikirkan lagi hal-hal di forum itu, aku hanya berpikir bagaimana nanti tugas-tugas kuliahku ke depannya yang kata orang sangat berat. Aku sungguh polos saat itu, dan diberikan mengenai Pendidikan Karakter, dalam sesi tersebut disebutkan bahwa Mahasiswa adalah agent of Change, yang membawa perubahan positif di tengah masyarakat. Serta Agent of Control sebagai fungsi mengontrol jalannya pemerintahan.

[caption id="attachment_306484" align="aligncenter" width="300" caption="Pidato saat Soeharto mundur, aku ingat, saat itu mamaku menangis."]

13899269501212299921
13899269501212299921
[/caption]

Saat disebutkan Agent of Change, aku langsung terbayang-bayang 1998, saat soeharto digulingkan. Jujur di umur tersebut aku telah bisa membaca koran, bisa mencermati berita yang ada, aku masih ingat ribuan mahasiswa ada di TV, berjajar menyerukan hal yang sama, dan akhirnya mampu memaksa mundur presiden kesayangan Mamaku. Aku masih ingat mamaku menangis memandangi TV yang sedang menayangkan presiden Soeharto yang berpidato mengumumkan kemundurannya. Saat itu aku yang gembeng merasa bahwa mamaku yang menangis saat itu juga gembeng (bahasa indonesianya cengeng), namun balik lagi ke pikiran Mahasiswa baruku, itulah yang dimaksud agent of change.

Sesi Menjadi Mahasiswa Aktivis

"Hati2 masuk organisasi ini, nanti kamu jadi tukang kampanye."

"Kalau kamu masuk organisasi ini, itu sama aja kayak ikut partai Z, Bullshit!"

"Kalau aku bisa memilih di sini, aku akan pilih partai itu karena dia ga neko-neko"

Ya inilah mahasiswa, ideologi politiknya sungguh beragam, Merah Kuning Hijau di langit yang biru, Mau cari warna apa aja ada, relasinya ke partai apa semuanya jelas, Namun, rekrutmennya seperti apa, inilah yang masing-masing warnanya berubah menjadi abu-abu. Tersamarkan, gerakan bawah tanah, jalannya diam-diam, namun hasilnya ada dan besar. Itulah politik mahasiswa.

Kemudian sayapun pernah tidak sengaja melihat website dari salah satu organisasi intra kampus (sebut saja BEM atau HMJ) meretweet tentang salah satu partai yang secara tidak langsung seperti menyiratkan bahwa Organisasi ini secara tegas mendukung partai Q. Padahal BEM U/F dan HMJ sedianya menjadi kontrol partai-partai tersebut, bukannya dikontrol. Bahkan di acara yang mengundang tokoh partai sedianya menjadi acara pencerdasan politik mahasiswa malah dimanfaatkan oleh beberapa kawan-kawan penanya yang mengatasnamakan organisasi intra untuk memberikan pernyataan dukungan pada partai tersebut. Boleh-boleh saja sih kalau mahasiswa berpolitik, namun yang membahayakan adalah jika ia mengatasnamakan BEM atau HMJ.

Namun...

Saat aku ditanyai tentang politik, aku menjawab bahwa aku netral, tidak akan memilih warna apapun, karena aku percaya asas pemilu yang Rahasia. Aku juga percaya bahwa satu suaraku menentukan nasib bangsa ke depannya (meskipun ga terlalu percaya juga karena di PEMIRA kampus, apa yang aku pilih ga menang. Hahahaha)

Aku mengikuti pilkada Jawa Tengah dengan seksama sebagai pihak netral, dan kebetulan Undip (kampusku tercinta) mampu menjadi tuan rumah debat kandidat calon gubernur Jateng yang diadakan Kompas TV. Pemenangnya adalah nomor 3, pasangan Ganjar-Heru, mereka menang bukan karena mahasiswa undip memilih mereka, kendati debat kandidat di Undip, namun mereka kuat di Jawa Tengah dan saya yakin masyarakat non-partaipun juga ikhlas beliau memipin Jateng (karena tidak ada kerusuhan di Pilkada).

[caption id="attachment_306485" align="aligncenter" width="300" caption="Promosi Pilkada Jateng, tapi tetap saja dengan iklan se-unyu ini, Golput 50%."]

13899271311926031900
13899271311926031900
[/caption]

Seperti yang saya bilang sebelumnya, bukan karena mahasiswa Undip memilih mereka. Kita kira-kira saja Mahasiswa Undip yang dari Jateng berjumlah 20.000 orang, saya yakin yang memilih hanya yang berdomisili di Semarang dan yang menyempatkan diri untuk pulang, jumlahnya pasti hanya sedikit. Angka golput di Jawa Tengah cukup mengerikan, menembus angka 50% DPT. Kemana angka tersebut, sebagian besar adalah angka dari masyarakat yang sedang pindah domisili sejenak untuk bekerja dan BELAJAR. Dan rata-rata yang tidak memilihpun di kisaran usia mahasiswa.

Dari sini saya sadar, pendidikan politik Indonesia masih kurang, kesadaran untuk memilih masih rendah, terutama mahasiswa yang masih galau akan jatidiri politiknya. Dan angka golput sangat merugikan pemerintah, APBN yang dapat digunakan untuk hal lain malah digunakan untuk surat suara pemilu yang tidak terpakai dan terbuang begitu saja. Lantas apakah benar BEM atau HMJ harus menjadi Agent of Campaign supaya mahasiswa lain mau memilih?

Kesimpulan

Daripada endingnya gantung, saya akan memberikan kesimpulannya. Mahasiswa boleh saja punya ideologi politik, namun jangan dikoar-koarkan melalui lembaga intra kampus. Sebaiknya BEM dan HMJ mengedepankan nilai-nilai mahasiswa yang kritis, sehingga nantinya benar-benar menjadi fungsi kontrol. Dan karena 2014 adalah tahun politik, saya berpesan kepada kawan-kawan sesama BEM (karena saya berangkat dari sini). Kita boleh berkegiatan dengan membawa visi misi masing-masing, namun jangan sampai idealisme kita sebagai Agent of Change dan Agent of Control digadaikan, jangan sampai kita mengadakan acara sukses dengan dana yang besar namun membawa-bawa kampanye salah satu partai. Kita harus tetap ikut dalam mencerdaskan demokrasi bangsa namun jangan sampai kita dibodohi oleh calon penguasa. :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun