Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan metode kodrat iradat (natur dan evolusi) atau yang lebih dikenal dengan metode among siswa pada tulisan beliau di majalah Wasita (1928). Pada tulisannya, Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tidak perlu mengadakan “barang tiruan” apabila kita sudah memiliki “barang” tersebut sendiri. Kualitas “barang” asli memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan “barang tiruan”. Namun tidak menutup kemungkinan ada “barang” yang tidak kita miliki dan kita dapat menambah kekayaan kita secara kultur lahir dan batin, tentunya dengan penyelarasan sesuai dengan rasa dan keadaan hidup kita. Inilah yang disebut dengan menasionalisasikan.
Kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sangat berlimpah ruah dan hal ini disadari oleh Ki Hadjar Dewantara sebagai suatu “barang asli” yang kita miliki, yang kualitas derajatnya jauh diatas kebudayaan lain yang menyerupai. Kita sadari saat ini banyak kebudayaan asing yang masuk dan mulai menggantikan kebudayaan asli Indonesia. Tentunya kebudayaan tersebut merupakan sesuatu yang baru, terutama bagi anak-anak Indonesia. Perihal yang baik pada kebudayaan asing tersebut dapat kita adopsi menjadi kebudayaan kita, namun secara isi harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi bangsa Indonesia.
Optimalisasi peran guru sebagai pamong pada metode among siswa sangat vital terhadap nasionalisasi kebudayaan asing ke anak-anak. Sebagai pamong, guru mengarahkan dan menuntun bagaimana pembelajaran berlangsung. Pada proses tersebut guru dapat mengarahkan anak untuk penguatan belajar dari kebudayaan dan kultur yang sudah dimiliki dan menjadi ciri khas, kemudian disediakan tambahan nilai yang merupakan nasionalisasi kebudayaan asing sebagai suplemen pengetahuan untuk anak-anak belajar.
Pembelajaran dengan metode among siswa ini menyesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman pada anak, sesuai dengan yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada Pidato Sambutan di depan Dewan Senat Universitas Gadjah Mada pada tahun 1956. Kodrat alam adalah sifat dan bentuk pada anak yang sudah dimiliki oleh anak sebelumnya, sedangkan kodrat zaman adalah isi dan irama yang sangat lekat hubungannya dengan zaman dimana anak tersebut berada.
Pengawalan terhadap pendidikan yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman tersebut tidak hanya dilakukan di sekolah namun juga di rumah sebagai bentuk terkecil kasih sayang yang anak terima dari Ayah Ibunya. Keberhasilan pendidikan di berbagai level yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman seorang anak akan menghasilkan kemerdekaan dan kebudayaan yang beradab bagi suatu bangsa.
REFLEKSI DIRI DARI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN MEMPELAJARI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
Sebagai seorang guru yang mengajar di jenjang SMA, beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah murid merupakan seorang manusia dewasa yang mandiri dan dapat belajar sesuai dengan kebutuhan. Saya yakin hal tersebut karena kemampuan murid yang lebih baik untuk mendapatkan informasi dan menggunakan teknologi sehingga mereka tidak terlalu membutuhkan peran saya untuk belajar. Pengajaran di kelas merupakan sebuah kegiatan formal yang terjadwal untuk memberikan sedikit pandangan mengenai materi kepada murid.
Tidak banyak yang dapat saya lakukan ketika melakukan pengajaran di kelas karena keterbatasan waktu. Saya percaya bahwa ketika murid adalah seorang manusia dewasa pastinya sudah mampu untuk membedakan antara baik dan buruk sehingga tidak perlu adanya kesepakatan bersama dalam pembelajaran karena mengacu pada norma yang sudah berlaku.
Berdasarkan kepercayaan tersebut saya menilai bahwa murid telah memiliki inisiatif dalam melaksanakan kewajibannya dan mengetahui hal yang menjadi haknya sebagai seorang pembelajar. Kebutuhan murid untuk sekolah adalah bagaimana mereka dapat lulus dengan nilai yang baik dan dapat melanjutkan pendidikan ke lembaga selanjutnya yaitu perguruan tinggi.
Pemikiran dan perilaku saya yang berubah setelah mempelajari pemikiran Ki Hadjar Dewantara adalah bahwa seorang murid memang merupakan seorang yang dewasa, namun tetaplah murid tersebut perlu dituntun dalam melaksanakan proses belajar di sekolah.
Seperti layaknya seorang anak yang sedang berkembang dan bertumbuh, seorang anak di jenjang SMA pun perlu diberikan arahan dan jalan dalam berproses belajar. Arahan dan jalan tersebut merupakan batasan dari banyaknya informasi yang pasti sangat mudah mereka dapatkan, selain itu adanya arahan dan jalan yang diberikan oleh saya sebagai guru juga dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam memanfaatkan teknologi yang telah mereka kuasai sebelumnya.
Tuntunan berupa arahan dan jalan kepada murid, saya lakukan sebagai bagian dari pengajaran yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dalam pengajaran di kelas pun perlu adanya perilaku yang membangun komunikasi yang baik untuk menumbuhkan sinergi gerak, perasaan dan perilaku yang mengarah pada tumbuhnya budi pekerti di dalam kelas. Adanya komunikasi yang baik, selain dalam proses transfer ilmu dari seluruh elemen kelas, akan membangun ikatan emosional yang sangat diperlukan untuk mengenali watak masing-masing murid di kelas.