Mohon tunggu...
Amung Palupi
Amung Palupi Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Seorang yang sedang mencari kesempatan dunia dengan melakukan hal yang bisa dilakukan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Budi dan Anggun

7 Mei 2024   03:58 Diperbarui: 7 Mei 2024   04:32 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mulanya kedua lawan jenis ini berbicara apa adanya serta terkesan normatif, tetapi ketika menyinggung soal etika dan moral, salah satu diantara mereka tersulut emosi namun tak menampakkan sambil membalas jika keduanya jauh dari kata ideal.

Anggun berprofesi sebagai wanita penghibur, diakui dalam sehari pendapatannya bisa melampaui angka 20 juta, tepatnya 27 juta rupiah sudah dipotong biaya jasa dan pajak. Sementara Budi berprofesi sebagai pegawai di salah satu perusahaan swasta ibukota, pendapatannya mentok diangka 9 juta juga belum dipotong dengan biaya pajak dan lain -- lain.

Walaupun sama -- sama mengeluh, Budi terlebih dahulu berujar bersyukur karena tidak menjual diri dan jauh dari resiko tertangkap oleh aparat penegak hukum. Kemudian sembari menggelengkan kepala serta terkekeh - kekeh dibalas jika tubuh gendut serta tak terawat tak mungkin bisa mendapatkan penjaja sex kelas atas kecuali kelas bawah dengan kaki serta tangan berkoreng.

Setelah lama berdiam diri, mereka sama -- sama setuju jika kedua orang itu memiliki pikiran serta perilaku kacau dalam memandang sesuatu, yakni sebuah nilai. Bagi Anggun belum tentu juga wanita penghibur selalu mendapatkan predikat negatif, sementara yang selalu mengikuti aturan belum tentu juga bisa menjaga kemaluannya.

Lalu Budi menyetujui jika pria sepertinya selalu mengandalkan nafsu walaupun mulut terus mengumbar tentang adab Agama. Disambut oleh tawa jika pandangan wanita inipun sama, pelacur tetaplah pelacur, mereka sudah sering digunakan layaknya WC umum. Salome, Satu Lobang Rame -- Rame.

Kemudian keheningan beberapa menit inipun pecah saat salah satu dari mereka menawarkan rokok tetapi seketika ditolak dengan alasan hal itu tak baik untuk kesehatan, seketika itu pula keduanya tak bisa menahan gelak tawa.

Saat Budi menanyakan biaya jasa memuaskan birahi untuk dirinya, Anggun membalas dengan berceloteh kasar jika otak pria dihadapannya memang hanya didengkul disambung oleh keheningan lalu dilanjutkan bahwa pria tersebut tak enak dipandang sehingga tak boleh memakai jasanya.

Lalu karena tidak ada tanggapan kecuali anggukan saja, Anggun menimpal jika pria seperti Budi inilah yang mengerikan sepengalaman wanita itu membaca perilaku para pelanggan, pura -- pura sebagai pria baik tetapi otaknya hanya ada di dada dan diselangkangan lawan jenis.

Obrolan yang terkesan santai itupun dilanjutkan oleh Budi jika merunut dari pendapatan Anggun yang bisa membeli barang mewah dalam 1 hari bekerja, pria ini menekankan betapa pergeseran makna moral itu sudah jauh.

Ternyata Anggunpun sependapat karena wanita ini mengaku memiliki beban lebih besar daripada wanita lainnya, namun merasa lega tidak menjadi simpanan para penguasa hingga kucing -- kucingan dengan istri resmi. Tak lama kemudian, keheningan itupun pecah dan mereka hanya bisa tertawa sambil melihat pemandangan kota dari food court lantai paling atas salah satu mall terbesar di ibukota.

Membuyarkan keheningan dengan mengganti nama Budi menjadi Anjing, Anggun menekankan jika terkadang ia ingin berhenti dari pekerjaan kotor karena sudah lelah meladeni lelaki hidung belang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun