Bukan keripik sebenarnya sih, tapi dicacah dalam ukuran kecil, sehingga nantinya bisa dibuat menjadi pallet, serta dicampur dengan virgin plastic supaya bisa dibuat botol kembali.Â
Saat saya mengunggah foto kunjungan ke lokasi ini, banyak sekali komentar yang berdatangan, apalagi fotonya menggunakan APD (alat pelindung diri) yang lengkap.
Cocok jadi mandor, katanya.
Magisnya Uluwatu.
Sebelum mengakhiri hari ketiga, kami semua diberikan hiburan dulu untuk menyaksikan Tari Kecak di Uluwatu yang terkenal itu. Meski sudah lelah lahir batin menempuh perjalanan yang panjang, kegiatan ini sayang jika dilewatkan. Setelah lengkap memakai ikat jingga sebagai syarat masuk, saya mendapatkan tempat duduk di bagian bawah.Â
Katanya sih sayang tidak bisa melihat senja, tapi saya sangat menikmati obrolan dengan anak kecil yang duduk disebelah. Meski ia tidak bisa melihat, suara alunan kecak yang ia dengarkan menjadi pertanda perubahan setiap cerita. Saya kagum dengan keinginannya untuk menikmati tarian ini meski hanya lewat suara.Â
Tidak hanya itu saja, tingkah usil dari Hanoman yang tiba-tiba melompat dan duduk di atas saya, menjadikan hati ini makin terhibur.Â
Apalagi secara tidak sengaja juga bertemu dengan teman saya yang satu kuliahan di Bogor ketika berjalan pulang. Walhasil, energi saya kembali berisi untuk menikmati hari selanjutnya. Terima kasih Uluwatu.
Terharu Dikalungi Karangan Bunga