Setelah mendengarkan pemaparan dari Mba Ida Ayu Pertiwi, sebagai project coordinator di desa ini, kami bergerak untuk melihat babi-babi imut yang menghasilkan harta berharga untuk biogas, yaitu kotorannya.Â
Sangking canggihnya, tiap hari kotoran mereka yang sudah masuk dalam proses biogas bisa memenuhi kebutuhan gas masyarakat desa selama 4 jam lamanya.
Selain itu kami juga dikenalkan pada sistem subak, yaitu pembagian air merata untuk mengaliri seluruh pertanian sehat di desa ini dengan menggunakan sepeda.Â
Ah, saya suka bagian dimana bisa berdiri di atas sadel, sambil merasakan hembusan angin yang segar dari desa. Ternyata panganan lokal plus buah kelapa sudah menanti kami yang lelah bersepeda. Kenyang.
Di tempat ini juga, saya kenyangnya ekstra karena mencicipi - jika tidak ingin dibilang makan besar- panganan lokal, mulai dari nugget jamur, jamur krispi, hingga teh beras merah. Beuh, kalau bisa mau saya bawa semua ke Yogyakarta.Â
Eh, beneran dong malah dibawain beras 2 kilogram plus minyak kelapa sebagai bingkisan. Terima kasih!
Pabrik Aqua Mambal.
Berpindah dari desa ke pabrik, di sinilah kelas kami selanjutnya yang membahas soal gizi dan makanan.Â
Materi pertama ada Hidrasi Sehat dari Dr. Ratna Mutumanikam, yang kedua ada materi alergi dari Dr. Molly, dan terakhir ada materi isi piringku dari Dr. I Putu Suiraoka. Kalau mau tau kegemesan saya di kelas ini, bisa lihat di tulisan Isi Piringku ini ya! Kalau tidak kalian pasti menyesal, hohohoho~