Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rakyat Terharu Rizal Ramli Dicopot Karena Bela Rakyat, Jauh Beda Ketika JK Dicopot

29 Juli 2016   21:28 Diperbarui: 29 Juli 2016   21:35 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan yang keenam, Rizal Ramli dengan sangat tegas pula selaku Ketua Komite Gabungan Reklamasi Teluk Jakarta mengeluarkan rekomendasi penghentian secara permanen reklamasi Pulau G, dan rekomendasi tersebut disambut amat gembira oleh warga Jakarta (khususnya para nelayan di Jakarta Utara).

Rekomendasi yang menjadi kesepakatan bulat dari 3 kementerian itu membuat Ahok selaku Gubernur DKI Jakarta nampak “cacingan”. Boleh jadi, Ahok telah membayangkan kondisi yang sangat mengerikan akan menimpa dirinya jika tidak melakukan langkah-langkah pembelaan terhadap pengembang.

Ahok pun kemudian tergopoh-gopoh ke Istana Negara menghadap Jokowi untuk melaporkan Rizal Ramli yang telah menghentikan reklamasi Pulau G. Boleh jadi, laporan dan pengaduan Ahok ini ikut membuat Jokowi jadi tidak tenang (ikut terusik) bagai “cacing kepanasan”. Belakangan memang dikabarkan Ahok pernah membeberkan bahwa Jokowi tidak akan pernah bisa jadi presiden tanpa sokongan dari pengembang.

Alhasil, Rizal Ramli pun dicopot di saat sedang sangat sengitnya melakukan pembelaan untuk kepentingan bangsa dan negara ini melalui reklamasi teluk Jakarta tersebut, seperti sengitnya ketika melawan “kehendak” mafia migas tentang Freeport dan Blok Masela.

Olehnya itu, alasan Jokowi sebagai presiden mencopot Rizal Ramli dapat dipandang sangatlah MENGADA-NGADA, yakni karena Rizal Ramli dinilai kerap melakukan kegaduhan.

Pertanyaannya, apakah memang Jokowi sebelumnya tidak mengenal karakter “bawaan” Rizal Ramli yang memang sejak dulu tak ingin “MEMBISU” (tak ingin diajak kompromi) ketika melihat gejala penyimpangan yang terjadi di dalam pemerintahan?

Jadi, sangat tidak masuk akal jika Jokowi mengemukakan kegaduhan sebagai alasan utama pencopotan Rizal Ramli. Sebab, kegaduhan yang diperlihatkan Rizal Ramli adalah memang sebuah karakter “kerakyatan” (senasib sepenanggungan dengan rakyat kalangan bawah) yang telah melekat pada dirinya sejak dulu, baik di luar maupun di dalam pemerintahan.

Olehnya itu, Jokowi sebagai presiden sebaiknya tidak perlu mengemukakan alasan kegaduhan yang sangat mengada-ngada itu, sebab hanya akan menyakiti hati rakyat Indonesia kalangan bawah. Terlebih memang, di era teknologi yang sangat canggih seperti ini rakyat tidak lagi sulit untuk dapat mencari sebuah kebenaran, dan sangat mudah mendeteksi sebuah pembenaran.

Jadi berhentilah melakukan pembohongan dan pembodohan di hadapan publik. Sebab, Rakyat Indonesia saat ini sudah bukan lagi anak TK/PAUD seperti yang hidup di era Orde Baru, di mana seluruh informasi yang akan disuguhkan dapat dikendalikan oleh sang penguasa.

Sekali lagi, rakyat Indonesia (terutama kalangan bawah) bukan lagi anak TK/PAUD yang gampang ditipu dengan permainan sulap dan cerita-cerita dongeng dari para penguasa yang licik.

Seperti reshuffle kabinet jilid 2 kemarin pun Rakyat Indonesia sesungguhnya telah mampu merasakan dan meraba secara langsung, tentang alasan apa sebetulnya yang membuat Rizal Ramli (menteri non-parpol) itu harus dicopot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun