Parahnya, Sudirman Said lebih memilih bersuara dan menyerang Rizal Ramli di depan publik dengan wajah seakan-akan tanpa “dosa” (kesalahan) dan seolah-olah mengharap iba, akibatnya kegaduhan pun muncul.
Anehnya, dalam kondisi seperti itu, Rizal Ramli yang malah dituding sebagai sumber kegaduhan oleh segelintir pihak-pihak tertentu. Bahkan JK sebagai Wapres (tanpa sepengetahuan Presiden Jokowi) buru-buru membela Sudirman Said dengan terang-terangan melakukan “penyerangan” terhadap Rizal Ramli dengan masalah yang sangat jauh dari substansinya. Dan hal ini kiranya dapat menjelaskan bahwa JK bukanlah seorang negarawan yang patut dicontoh.
Begitu pun dengan Johan Budi yang kini sebagai Jurubicara Presiden Jokowi itu, nampaknya lebih cocok menjadi jurubicara Wapres dan Kementerian ESDM. Pasalnya, reaksi Johan sepertinya sangat kompak dengan Wapres JK, Sudirman Said dan pihak-pihak yang berlawanan dengan Rizal Ramli, di mana seolah-olah menggambarkan secara berlebih-lebihan bahwa akibat kegaduhan tersebut Presiden Jokowi menjadi murka.
Padahal, Presiden Jokowi dalam menanggapi kegaduhan silang pendapat antar-menteri tersebut samasekali tidak nampak dalam keadaan marah. “Silang pendapat apa? Ya, itu dinamika biasa. Saya masih senyum gini,” kata Presiden Jokowi seraya menambahkan bahwa hal tersebut menjadi sebuah pembelajaran publik, mana yang benar dan mana yang tidak benar. – Sungguh bijaksana sekali pandangan Presiden Jokowi.
Dan nampaknya komentar serta senyum Presiden Jokowi tersebut selaras dengan pandangan publik. Bahwa, jika mau jujur, kegaduhan kemarin itu bisa memuncak karena adanya situasi yang nampak tidak “seimbang”. Yakni di mana Rizal Ramli sedang “dikeroyok” oleh Sudirman Said, Wapres JK berikut pihak-pihak tertentu lainnya.
Komentar dan senyum Presiden Jokowi itu bahkan dapat menjelaskan, bahwa Jokowi adalah seorang presiden yang cerdas dan bijak membaca keadaan yang sebenarnya, serta tidak mudah terprovokasi dari pihak manapun, tidak seperti yang dikemukakan oleh jubirnya, Johan Budi.
Sikap Presiden Jokowi tersebut juga sekaligus mencerminkan karakter dan mental yang tidak gampang rapuh. Dan sikap seperti itulah yang seharusnya dicontoh dan diikuti oleh Sudirman Said (juga dengan JK) untuk tidak serta-merta melontarkan kata-kata kasar ketika mendapat kritik dari manapun, apalagi kritik itu berasal dari koleganya sendiri yang notabene adalah Menko yang membawahi kementerian ESDM.
Tentang kritik yang berasal dari dalam organisasi sendiri, Fadli Zon selaku Wakil Ketua DPR-RI punya pandangan tersendiri. Menurutnya, Rizal Ramli di dalam kabinet memberikan otokritik yang baik bagi pemerintahan saat ini yang komposisinya sangat liberal.
Menurut Fadli, kehadiran Rizal Ramli di tubuh pemerintahan manjur memberikan koreksi atas kebijakan-kebijakan neoliberal yang tadinya bisa berjalan leluasa tanpa kehadirannya.
Sebagai penjelasan dan pencerahan, otokritik pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk melakukan perubahan budaya dalam suatu komunitas masyarakat, keluarga, golongan, organisasi atau lembaga dengan melakukan kritik yang dilakukan oleh anggota dari dan untuk komunitas itu sendiri.
Namun seringkali terdapat suasana formalistik yang sangat kuat memegang status quo, sehingga dapat mematikan sikap kritis anggota dalam suatu komunitas, baik secara horizontal maupun secara vertikal.