Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Daripada Pesawat, Mending Rini “Beli” Presiden dari Luar

17 Agustus 2015   08:55 Diperbarui: 17 Agustus 2015   09:13 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juga sebagai tokoh pergerakan perubahan dan seorang ekonom, Rizal Ramli sejak dulu pula telah “berteriak" mengajak kepada seluruh anak bangsa di negeri ini untuk bisa bersama-sama mengelola negaranya dengan mandiri dan berdikari secara ekonomi, yakni dengan memanfaatkan seluruh kekayaan dan sumberdaya yang dimiliki oleh negara ini, bukan malah ikut memperkuat kemandirian negara orang lain. Misalnya dengan membeli pesawat, sementara rakyat kita masih kelaparan.

Seharusnya kita bersyukur ada tokoh dan menteri seperti Rizal Ramli, yang tak ingin pura-pura tidak tahu, yang tak ingin mencari aman sendiri karena sudah mendapat jabatan, dan tidak ingin menutup mulut (meski bukan bidangnya) jika melihat dan mengetahui sesuatu yang bisa membahayakan dan merugikan negara.

Berkat Rizal Ramli yang akan berusaha membatalkan pembelian pesawat tersebut, membuat masyarakat dari seluruh lapisan yang tadinya tidak tahu-menahu mengenai adanya rencana pembelian pesawat ratusan triliun itu pun, akhirnya bisa menjadi tahu.

“Sudah bagus itu. Kita terima kasih ke pak Rizal. Menko sudah ingatkan jangan umbar-umbar uang negara, lagian Garuda juga belum bisa bersaing. Jadi saran beliau (Rizal Ramli) tepat, Garuda lebih baik konsen domestik,” ujar seorang anggota DPR-RI dari fraksi PDI-P, Masinton Pasaribu, dalam Talk Show yang disiarkan secara live oleh salah satu stasiun TV, Kamis malam (13/8/2015).

Rizal Ramli tidaklah asal mengusulkan pembatalan tersebut. Ia punya alasan. Ia pernah menangani kesulitan PT Garuda Indonesia. Yakni, ketika PT. Garuda Indonesia tak mampu membayar utang kepada konsorsium bank Eropa sebesar 1,8 Miliar Dollar AS, membuat pihak Eropa mengancam akan menyita semua pesawat Garuda. Dan Rizal Ramli sebagai Menko Perekonomian ketika itu keberatan, lalu mengirim surat grasi ke Frankfurt Jerman untuk balik menuntut konsorsium bank Eropa tersebut karena menerima bunga dari kredit dengan ekstra 50 persen.

Setelah dituntut balik, akhirnya para bankir itu pun setuju berdamai dan sepakat merestrukturisasi utang Garuda ketika itu.

Dari pengalaman itulah, Rizal Ramli tak ingin PT Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan bisnis transportasi udara kebanggaan bangsa Indonesia itu mengalami kerugian besar, yang selanjutnya akan memungkinkan untuk dijual akibat sulit membayar utang. Apalagi memang kondisi tahun 2014 PT. Garuda mengalami kerugian 375 Juta Dolar AS atau sekitar Rp.4 Triliun lebih.

Alasan berikutnya, Rizal Ramli tak ingin rakyat men-cap Jokowi sebagai Presiden yang hanya gemar dan hebat berutang tanpa ada upaya menggali dan memanfaatkan potensi-potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia.

Sehingga itu Menteri Rini seharusnya tidak memaksakan kehendak untuk membeli pesawat dari luar negeri dengan alasan spesifikasi dan kualitas pesawat tersebut sangat bagus. Padahal, dengan spesifikasi dan kualitas yang sangat bagus dari pesawat tersebut tidaklah menjamin PT Garuda Indonesia bisa berkembang dan terhindar dari kebangkrutan.

Jadi yang sangat patut dipahami, bahwa rakyat saat ini tidaklah butuh dengan penambahan pesawat. Dan bahkan rakyat tidak butuh dengan menteri-menteri seperti Rini Soemarno yang tahunya cuma mengutang dan membelanjakannya ke hal-hal yang tidak mendesak di mata rakyat.

Yang rakyat sangat butuhkan adalah seorang presiden yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendesak, yakni seorang presiden yang mampu bergerak cepat dalam mengatasi berbagai kesulitan rakyatnya, bukan malah membiarkan menteri-menterinya berbuat yang bisa merugikan bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun