Aktivis M.Fadjroel Rachman bahkan pernah menilai, era SBY-JK 2004-2009 adalah fenomena ‘’Negara Pedagang’’ dimana JK dan Aburizal Bakrie waktu itu merajalela bisnisnya, dan kaum pedagang menggurita secara politik dan ekonomi dalam bentuk oligarki.
Prof Williaml Liddle dari Ohio Stata University ,AS mengingatkan bahwa oligarkisme telah menguasai ekonomi-politik di Indonesia dan itu berbahaya bagi masa depan demokrasi di negara seperti Indonesia.
Terlepas dari semua itu, sebagian kalangan juga menilai, dengan adanya kubu Sofyan Wanandi-Mari Pangestu yang siap memajukan JK sebagai cawapres adalah bisa saja merupakan “skenario politik” untuk menjatuhkan “animo” masyarakat terhadap Jokowi ataupun Megawati dengan PDIP-nya.
Sebab, bagi sebagian masyarakat menilai, JK tak cocok lagi untuk maju pilpres, karena masanya sudah lewat. JK sudah pernah duduk sebagai wakil presiden, dan sudah pernah gagal dan kalah sebagai capres dalam pertarungan pilpres 2009 lalu. Sangat jelas orientasi JK mendapatkan kekuasaan itu boleh jadi hanya untuk membesarkan bisnis di lingkarannya, sehingga meski hanya berposisi sebagai RI-2 pun ia siap. Dan orientasi JK ini sangat mudah ditebak oleh siapa saja.
Sehingganya, orang akan bertanya-tanya, bahwa Sofyan dan Mari berani menyiapkan Rp.2 Triliun itu sesungguhnya untuk apa? Apakah benar-benar ingin memenangkan JK sebagai wapres di saat masyarakat sudah memahami bahwa sesungguhnya “pasaran” JK saat ini sebetulnya sudah anjlok? Jangan-jangan ini justru hanya ingin agar rakyat bisa kembali mengalihkan perhatiannya kepada pasangan yang diusung nantinya oleh Partai Demokrat, karena di PDIP hanya mengusung JK yang dianggap tak layak lagi sebagai wapres?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H