Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ical Teman SMA Saya. Tapi Saya Tak Setuju, Karena DIA Demokrat

8 Oktober 2013   12:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:50 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_270980" align="aligncenter" width="639" caption="Foto kenangan Pribadi saat masih sekolah di SMA Negeri 9 Makassar, 24 tahun silam."][/caption] PADA ajang Pemilihan Walikota Makassar (Pilwako), Rabu (18 September 2013) yang baru lalu, pasangan  Muhammad Ramdhan Pomanto-Syamsu Rizal MI (DIA) memperoleh suara terbanyak. Pleno KPUD Kota Makassar, Rabu (25 September 2013) lalu pun sudah menetapkan DIA sebagai pasangan Walikota terpilih dengan mengantongi 31,18 persen suara.

Baik Muhammad Ramdhan Pomanto yang biasa disapa Danny, maupun Syamsu Rizal MI yang akrab dipanggil Ical itu, adalah orang yang tidak asing lagi bagi saya.

Danny dan Ical adalah orang yang pernah saya kenal. Keduanya bahkan dulu menjadi teman saya. Danny adalah putra yang lahir di Makassar, namun kedua orangtuanya adalah asli berasal dari Gorontalo. Meski begitu, Danny acapkali mengaku adalah orang Gorontalo. Itulah sehingga di tahun-tahun lalu Danny selalu coba untuk ikut bertarung dalam beberapa Pilkada di Gorontalo.

Apalagi memang, sebagian besar orang-Gorontalo juga mengakui Danny adalah benar-benar “asli” orang Gorontalo. Suatu ketika, saya pernah beberapa kali berdebat dengan sejumlah warga Gorontalo yang tak mau mengalah menyebut Danny adalah orang asli “Gorontalo” karena, katanya, faktor dominan adalah darah sang ayah, sampai itu fam (nama belakang) Danny adalah Pomanto, yakni salah satu kelompok marga yang ada di Gorontalo.

Bahkan, Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, sebelum Pilwako dilaksanakan, pernah sengaja berkunjung ke Makassar hanya untuk menyatakan ikut mendukung Danny agar dapat menjadi Walikota Makassar. Saat itu, Rusli Habibie malah sempat mengeluarkan statement dalam acara silaturahmi di Makassar sebagai penegasan yang berbau “ajakan”. “Sebagai putra terbaik Gorontalo, Danny wajib di dukung,”kata Rusli Habibie, dalam keterangan persnya di Hotel Aryaduta, Makassar, Minggu (28/7/2013). Seperti dilansir Tribun Timur.

Kembali ke tentang Danny yang dulu pernah saya kenal. Yakni, di awali saat Danny mengikuti sayembara Desain Kawasan Perkantoran Gubernur Gorontalo (sekitar tahun 2004 saat periode pertama Fadel Muhammad sebagai Gubernur Gorontalo). Kala itu, Danny menerima tawaran saya selaku pemimpin redaksi di Tabloid Pariwara (PArtner pemeRIntah, kaWAn RAkyat) yang ketika itu saya kelola di Gorontalo, yakni memasang advertorial setengah halaman mengenai karya econic-nya tersebut. Saat itu, saya dan Danny aktif berhubungan, paling banyak via telepon-seluler.

Alhasil, Danny pun berhasil memenangkan sayembara itu, karena memang Danny nampaknya memang “ahli” di bidang itu dengan dibuktikan berjejernya prestasi sebagai pemenang dalam setiap perlombaan yang berkaitan dengan desain econic.

Gaya komunikasi Danny juga terbilang bagus. Hanya saja, Danny memang punya ambisi yang sangat tinggi untuk mendapatkan kekuasaan. Ini terbukti dengan tiga kali Danny mengikuti tahapan Pemilukada di Gorontalo, tapi semuanya gagal sebelum bertarung karena KPU memberinya TMS (Tidak Memenuhi Syarat). Yakni berturut-turut saat Pilbup Kabupaten Gorontalo Utara, Pilgub Provinsi Gorontalo, dan Pilwako Gorontalo.

Sedangkan Ical, adalah teman seangkatan saya saat di SMA Negeri 9 Makassar. Lokasi sekolah ini amat terpencil, namanya daerah Karunrung, sebuah daerah di pinggiran Kota Makassar. Hujan sedikit saja, sekolah ini pasti banjir. Mungkin itu salah satu alasan, mengapa guru-guru di sana mewajibkan semua siswa laki-laki harus bercelana panjang nan lebar di bawah, supaya mungkin jika banjir, gampang melipat-gulung celana masing-masing. (Hahahaa.... tapi biar pun banjir, ternyata ada-ada juga siswa yang nekat bolos, meski harus “menyelam” keluar dari pintu sekolah)

Kendati pun begitu, sekolah ini memiliki banyak siswa yang punya semangat “juang” tinggi untuk maju. Hal itu terlihat ketika setiap kali diselenggarakan Porseni di SMA ini, pasti persaingannya sangat ketat. Ical adalah salah satu siswa yang menjadi andalan di pertandingan Sepak Bola, juga Tarik Tambang. Dan saya adalah siswa yang ketika itu sering menjadi lawannya. Sebab, jurusan kelas kami berbeda. Ical anak kelas Sos, dan saya adalah anak Fisika. Dan anak Fisika-lah yang sering menjadi juara umumnya. Tetapi ada “olahraga” yang hampir setiap hari kami lakukan di masa itu selain bermain sepak bola, yakni bertarung ponco dari kelas ke kelas ketika jam keluar main tiba.

Saya dan Ical juga kalau tak salah adalah satu angkatan dalam program penggemblengan siswa, yakni Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS). Hanya memang, Ical saya kenal sebagai siswa yang pendiam, tetapi cukup menghanyutkan. Ia terbilang siswa yang sukses dalam urusan menggaet hati sejumlah siswi idola, sebab Ical memang termasuk siswa yang ganteng. Sementara saya, lebih tertarik menjadi “pelindung” bagi siswa-siswi yang kerap mendapat teror dari anak-anak preman kampung di sekitar sekolah. Yakni, ketika dalam keadaan terpaksa, saya juga harus maju layaknya sebagai preman pula untuk adu jotos dengan kelompok anak muda yang mengganggu kenyamanan teman sekolah, terutama teman sekelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun