Mohon tunggu...
Abdul Muis Syam
Abdul Muis Syam Mohon Tunggu... Jurnalis - Terus menulis untuk perubahan

Lahir di Makassar, 11 Januari. Penulis/Jurnalis, Aktivis Penegak Kedaulatan, dan Pengamat Independen. Pernah di Harian FAJAR Makassar (Jawa Pos Grup) tahun 90-an. Owner dm1.co.id (sejak 2016-sekarang). Penulis novel judul: Janda Corona Menggugah. SALAM PERUBAHAN.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi-JK Pasangan Presiden “Amatiran”, Pembohong “Profesional”? Ingatlah Tuhan!

15 Desember 2014   05:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:18 1507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1418571143858916819

“Dalam Al-Quran, jelas sekali ancaman terhadap orang-orang yang berbohong dan pemimpin yang membohongi rakyatnya,” kata Tengku Zukarnain seraya menambahkan bahwa Jokowi belum mampu membereskan Jakarta dan mewujudkan Jakarta baru sebagaimana janji politiknya dahulu. Banjir masih melanda ibukota Jakarta di mana-mana dan rakyat Jakarta menderita karenanya.

Kemudian di saat sebagai Capres, Jokowi berhasil “mengubah wajahnya” bagai dewa blusukan dengan gigihnya mengusung jargon-jargon kerakyatan, menawarkan dan “menjual” ajaran Trisakti untuk ditegakkan apabila dirinya kelak jadi presiden.

Namun di mata Rachmawati Soekarnoputri, semua “bujukan dan jualan” Jokowi saat kampanye itu semuanya adalah kebohongan.

Mantan Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem itu bahkan mengaku tidak aneh atas kebijakan kenaikan harga BBM di pemerintahannya Jokowi-JK. Menurutnya, hal itu tidak sesuai pemikiran presiden pertama sekaligus ayahnya, Soekarno.

“Saya nggak heran. UUD liberal itu akan melahirkan free market oriented. Jadi kerugian negara itu harus ditutup dengan, artinya rakyat yang membayar. Jadi sosialisme Indonesia yang diinginkan Soekarno jauh dari pemerintahan akan datang (pemerintahan Jokowi-JK),” kata Rachmawati di Aula Universitas Bung Karno, Jakarta, Rabu (3/9).

Terkait pidato Jokowi yang ingin membangkitkan pemikiran Trisakti milik Soekarno, Rachmawati mengatakan itu omong kosong. Ia juga menyebut ide Revolusi Mental milik Jokowi itu tidak jelas.

“Kemarin saya dengar pidato Jokowi. Mengatakan Trisakti. Omong kosong. Tidak akan mungkin Trisakti Bung Karno berjalan atas landasan UU yang liberal. Tabrakan! Tak akan bisa dilaksanakan. Tidak jelas. Revolusi mental itu tidak jelas.”

Justru di mata banyak kalangan memandang, orang yang banyak melakukan pembodohan dan pembohongan itu adalah kiranya paling layak disebut cacat mental. Dan orang yang cacat mental biasanya sangat mudah diperintah oleh “majikannya”.

“Saya pesan ke Pak Jokowi, sampeyan ta’ jadikan capres. Tapi jangan lupa ingat capresnya saja, Anda adalah petugas partai yang harus melaksanakan apa yang ditugaskan partai,” ucap Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya saat deklarasi koalisi PDIP, Partai Nasdem, dan PKB di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (14/5).

Ucapan Megawati ini pun mendapat tanggapan dari banyak pihak, salah satunya dari anggota DPR fraksi Partai Amanat Nasional (PAN), Taslim Chaniago. Ia menilai, justru pernyataan Mega itu menunjukkan kalau Jokowi merupakan presiden boneka Megawati.

“Kalau terpilih sebagai presiden Jokowi hanya jadi boneka Megawati dan PDIP saja. Itu artinya apa pun kebijakan Jokowi harus sesuai perintah Megawati. Jokowi tidak punya kewenangan saat memimpin negeri,” jelas Taslim, Rabu (14/5).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun