Mohon tunggu...
Amry Bagus
Amry Bagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kalem

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Pendidikan Multikultural dalam Banyaknya Keberagaman yang Ada di Indonesia

5 Desember 2023   22:03 Diperbarui: 5 Desember 2023   22:10 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali pulau dengan budaya yang sangat beragam juga. Tidak hanya budayanya, namun bahasa, etnis, ras dan agamanya pun beragam. Dikutip dari lama indonesia.go.id, bangsa indonesia sendiri memiliki lebih dari 1.300 suku bangsa dari Sabang sampai Merauke. Dari sisi agama pun, Indonesia memiliki keragaman agama, yakni Agama Islam, Buddha, Agama Hindu, Agama Kristen, Agama Katolik, dan Agama Konghucu. Dan itu merupakan nilai lebih untuk potensi Bangsa Indonesia untuk terus maju, akan tetapi juga bisa menjadi pedang bermata dua yang dapat menghancurkan Indonesia.

Dengan banyaknya keberagaman budaya tersebut yang akan mengakibatkan keruntuhan Persatuan dan Kesatuan bangsa Indonesia, maka diadakanlah pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mencintai dan menghargai suatu perbedaan dan keberagaman. Sehingga tidak terjadi perpecahan. Dengan multikultural, setiap manusia bisa berekspresi secara bebas sesuai dengan kebudayaannya. Tidak ada hal yang membatasi setiap manusia untuk menuntut ilmu, berteman, berekspresi, dan keberlangsungan hidupnya.

Ainur Yaqin mengartikan Istilah multikulturalisme berakar dari kata kultur artinya sebatas pada budaya dan kebiasaan sekelompok orang pada daerah tertentu. H.A.R Tilaar mengartikan secara bahasa, multikulturalisme terbentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran atau paham).

Cusher dan Andersen mengemukakan bahwa pendidikan yang multikultural sebagai pendidikan yang di dalamnya mengutamakan keragaman kebudayaan. Kemudian James Banks, dia mendefinisikan pendidikan multikultural ini sebagai pendidikan people of colour (manusia yang berwarna). Maksudnya, pendidikan multikultur ini ingin menjelajahi suatu perbedaan sebagai suatu keberkahan atau anugerah dari Tuhan dan pada kondisi yang seperti itu (banyaknya perbedaan) kita dapat menerima satu sama lainnya.

Dari definisi diatas, pendidikan multikultural ini haruslah dipelajari. Karena budaya sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok bukanlah penghalang kebebasan berpendidikan. Pendidikan multikultural juga sebuah respon terhadap keberagaman populasi di sekolah, sebagaimana persamaan hak setiap kelompok. Dapat diartikan juga bahwa pendidikan multikultural ini adalah pendidikan tanpa membeda-bedakan dan tanpa meninggi-rendahkan budaya, gender, etnis, ras, agama, dan sebagainya.

Keragaman budaya akan menghancurkan bangsa ini sendiri apabila tidak dilakukannya sebuah pemahaman akan banyaknya budaya. Hal itu dilakukan agar dalam pendidikan sendiri tidak terjadi bias rasisme. Dan juga budaya sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok bukanlah penghalang kebebasan berpendidikan. Pendidikan multikultural adalah sebuah respon terhadap keberagaman populasi di Sekolah, sebagaimana persamaan hak setiap kelompok.

Dapat diartikan juga bahwa pendidikan multikultural ini adalah pendidikan tanpa membeda-bedakan dan tanpa meninggi-rendahkan budaya, gender, etnis, ras, strata, agama, dan sebagainya. Dan pendidikan ini sendiri ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwasannya pendidikan adalah suatu upaya untuk memajukan budi pekerti dan pikiran seorang anak, serta tubuh seorang anak. Kemudian Ki Hajar Dewantara juga mengemukakan bahwasannya mendidik dan mengajar  adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental , jasmani dan rohani. Hal itu ditujukan untuk menciptakan kekuatan spiritual, berakhlak mulia, dapat mengendalikan diri atas egonya sendiri, berwawasan luas serta menguatkan kepribadiannya.

Pendidikan diharapakan dapat memajukan budi pekerti peserta didik. Di mana peserta didik sendiri harus menuntut ilmu dan bersosialisasi dengan sekitarnya, dalam artian tidak membeda-bedakan background budaya, agama, ras, bahasa dan sebagainya. Hal itu dimaksudkan agar peserta didik memiliki nilai moral di dalam dirinya. Dampak bagi peserta didik itu sendiri adalah peserta didik akan lebih semangat, tenang dalam pembelajaran, dan tercipta lingkungan inklusivitas yang tinggi. Peserta didik akan mendapatkan kebebasan hak belajarnya dan secara mandiri dan pendidikan sendiri untuk mengarahkan individu sebagai pedoman untuk menentukan tujuan dari hidupnya.

Kita sering melihat kasus-kasus yang bermula atau bermula dari perbedaan sosial, baik dari segi agama, segi bahasa dan lain sebagainya. Mahasiswa yang dibekali dengan ajaran agama Islam diyakini akan mampu mewaspadai hal-hal yang menimbulkan perselisihan antar kelompok. Dengan dibekali ajaran agama Islam, mahasiswa diyakini mampu untuk menghindari konflik antar kelompok. Jika hubungan dapat dijaga dengan baik, dunia ini akan terasa nyaman dan tentram. Dan jika peserta didik dibekali ajaran agama otomatis  mereka mengerti bahwa keberagaman ini merupakan rahmat dari Allah SWT.

Sebagaimana Firman Allah SWT di Surah Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi : 

Yang artinya : 

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa  dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Agar tercipta pendidikan yang menjaga inklusivitas terhadap banyaknya budaya, perlunya memiliki pendirian yang kokoh agar mereka bisa menjaga ketenangan dalam kehidupan  bersosial dan juga ketika berinteraksi dengan berbagai orang. Jika kita memperhatikan masyarakat kita, kita akan melihat bahwa kita adalah bangsa Pancasila yang memiliki beragam latar belakang sosial. Kecerdasan negara kita tercermin dalam konsep "Bhinneka Tunggal Ika", yang menjunjung satu kesatuan meskipun dalam keberagaman.

Dalam penerapannya, agar pendidikan multikultural ini terlaksana adalah dengan mengaitkan setiap pembelajaran akan banyaknya keberagaman dengan strategi yang bermacam-macam. Seperti yang dikemukakan oleh Ainul Yakin bahwasannya pendidikan multikultural adalah sebuah strategi dalam pendidikan yang diterapkan pada semua jenis pelajaran yang di dalamnya menggunakan beragamnya budaya yang ada di kelas tersebut maupun beragamnya budaya di bangsa ini, agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan lancar dan mudah. Dengan begitu peserta didik akan melegalkan adanya perbedaan atau mengakui ragam budaya yang ada.

Guru berperan sentral dalam menjawab multikultural di kelas. Di mana guru harus merespon dan juga menghormati adanya perbedaan multikultural di kelas. Dengan merespon dan menghargai adanya perbedaan di kelas, maka kelas tersebut akan lebih damai dan juga tentram dan hal tersebut salah cara agar peserta didik konsentrasi dan semnagat dalam belajarnya. Sebagai contoh, sebelum memulai pembelajaran pastilah ada do'a agar diberikan kelancaran dalam pembelajaran dengan kalimat yang harus mengucapkan "...berdo'a dengan agama dan keyakinan masing-masing..." itu adalah salah satu respon seorang guru dan menghargai adanya perbedaan agama di kelas tersebut.

Pendidikan multikultural ini wajib dilaksanakan oleh setiap Lembaga dikarenakan dampaknya yang sangat besar. Dimana dampaknya pada kondisi lingkungan adalah tidak ada bias rasisme itu sendiri. Di dalamnya akan tercipta lingkungan yang damai, tentra, dan tidak terjadi diskriminasi. Tidak hanya berdampak pada lingkungan, akan tetapi dalam pembelajaran akan tercipta kondisi kondusif, efektivitas pembelajaran yang tinggi dan nyaman saat pembelajaran tersebut berlangsung.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan yang menghargai adanya perbedaan atau multicultural pada setiap tingkatan pendidikan dapat tercipta dan mencapai sebuah hasil yang optimal apabila pelaksanaan dari lingkungan tersebut tercipta suatu kondisi yang aman, tentram, dan tidak ada diskriminasi. Untuk mencapai lingkungan yang kondusif tersebut haruslah dibina dan dibimbing oleh guru yang memumpuni atau professional dan juga konselor yang turut andil di dalamnya.

Dalam mingimplementasikan multikultural di Lembaga Pendidikan tidak mungkin dan tidak bisa dilaksanakan oleh guru saja, namun peran guru BK bahkan staff, karyawan dan bahkan peserta didik pun diperlukan di dalamnya, untuk mengimplementasikan kecintaan terhadap keberagaman budaya tersebut dengan membentuk team work demi kelangsungannya. Dengan team work yang memiliki kemistri dalam mewujudkan kondisi yang menerima multicultural akan sangat mudah mewujudkannya. Tidaklah bisa guru memantau sendiri kondisi siswa di luar pembelajarannya secara penuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun