Aku sangat cemas, mengapa datang sepagi ini kenapa tidak siang hari saja jadi bisa berkongsi dengan kawan bengalku. Namun, ketukan tampak lebih kencang dan menggema.
Kuberanikan diri mendekat, mengepal pisau tepat di jemari kiriku, tangan kanan mencengkram daun pintu bulat, aku sedikit merinding, bulu roma telanjur berdiri. Krieet...
***
Tiga hari setelah kejadian, tetangga depan datang tergopoh-gopoh ke rumah. Membawa bingkisan warna biru permata yang aneh. Lalu lari terbirit-birit tak sempat jua mengucapkan sepatah kata.Â
Sama juga tiga hari setelah kejadian, tetangga berkumpul di depan jalan tak seperti biasanya, sedikit membincangkan tentang teror subuh, seorang raksasa bertubuh putih bundar menyambangi rumah-rumah warga tanpa salam tapi hilang entah kemana hanya menyisakan satu surat tak berperangko, begini kira-kira isinya:
"Aku hendak pergi, bila bulan ini tak lekas dibayar, aku tak jamin tahun depan bisa bersua lagi."
Adapun rumor yang beredar tentang fisiknya, orangnya tinggi bulat sebesar pohon pepaya, bermuka putih, tak ada yang kenal kecuali ia menyisakan huruf kapital "R" di ujung surat.
"Siapa itu?!" kataku sambil menggigit baju sendiri, ketakutan sangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H