Mereka inilah golongan mahasiswa yang perannya membuat lahan kursi di kelas justru berkurang dan daftar kehadiran yang penuh dengan huruf "A". Ya, jangan sampai manusia-manusia masa bodo-is dan bala tentaranya hanya membuat tindakan-tindakan yang tak bermanfaat bagi nusa dan bangsa. Buatlah ranah bagi sifat mereka yang liar bak hutan rimba sehingga mereka merasa bahwa ada makhluk yang masih berbelas kasihan padanya -- bisa jadi sifat apatis ini bawa-an dari nasab sebelumnya.
Madzhab SKIP-is; yang berlarut-larut dalam dunia masa bodo, yang malas berkomunikasi dengan makhluk sosial lainnya, yang merelakan jam mata kuliah terlewat begitu saja demi merealisasikan rasa malas dan ke-gabutan hakiki. Ya, saya pernah mencoba berinteraksi orang yang berpaham demikian;
"Hey, elu ada matkul gak?"
"Ah, di-SKIP aja lah, buang-buang waktu!"
Begitu-lah dialog singkat antar mahasiswa netral dan mahasiwa kopling "R". Padahal, masih ada cara-cara supaya hidup mereka "sedikit" bermakna dan tidak serasa pensiun; yang butuh di-gas lagi menuju top-gear. Ya, mungkin boleh saja mereka terlena dalam sistim SKIP-nya selama paham itu tidak menahun; 14 semester selalu di-SKIP (Mahasiswa Kekal)
Nah, disini-lah para mahasiswa dari berbagai tema prinsip di-satukan; dari akademis, aktivis, radikalis, untuk menanggulangi bencana korban jiwa yang ter-apatisi. Ya, saya mencoba menyatukan mereka yang termaktub dalam forum informal sekedar membicarakan ahli apatis dan SKIP-is ini, salah satunya ialah memprakarsai komunitas SKIP (Permaskip: Persatuan Mahasiswa SKIP) yang mana menanggulangi mereka yang selalu tak berguna, berleha-leha, dan masa bodo akan mata kuliah yang ada. Daripada tenggelam dalam kubangan media maya, lebih baik dibuatkan wadah seperti ini untuk dijadikan hal-hal yang positif, seperti berkarya lewat musik, sastra, lukis, dancing, dan banyak lagi macam-macam minat.
Karena adanya grup ini adalah bukti rasa peduli dari kita, mahasiswa rasa sosial -- bukan rasa pensiun. Yang kehadirannya perlu alasan kuat mengapa harus ada mereka. Ya, memang semua mahasiswa pasti tak pernah sama prinsip hidupnya, tetapi apa salahnya kita mencoba membantu mereka yang dirasuki rasa malas, rasa pensiun, rasa veteran perang ilmu.
Jadi, bagi penganut paham masa bodo-is jangan pernah risau, karena paham mahasiswa itu satu rasa, satu jiwa, satu harapan tuk membanggakan nusa dan bangsa. Kami ada untuk kalian yang merasa tak pernah ada. Inilah ranah kita bersama! Agar keadilan tetap tercipta semestinya.
Terima kasih, salam dari mahasiswa netral.
Bandung, 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H