Mohon tunggu...
Fahmi Chois
Fahmi Chois Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Manajemen

Penulis yang baik adalah pembaca yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

7 Poin Penting untuk Penulis Pemula dalam Buku Writing Well

23 Desember 2023   11:05 Diperbarui: 23 Desember 2023   14:35 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai penulis pemula, saya amat penasaran bagaimana cara membuat tulisan yang baik. Karena rasa penasaran itu, saya mecoba mencari tips dan trik terkait kepenulisan melalui YouTube. 

Saya mengambil laptop, membuka YouTube, kemudian mengetikkan kata kunci "tips menulis" di kolom pencarian, lalu saya tekan enter di keyboard. Setelah muncul beberapa video, saya memutuskan untuk menonton video dari akun Fellexandro Ruby dengan judul DIBACAIN: Rahasia Gua Nulis 1000 Blogpost --- Writing Well (William Zinsser). Apa saja sih yang bisa kita pelajari?

Di awal video Ruby menjelaskan mengapa aktivitas menulis itu penting bagi kita? Pertama, menulis membuat kita bisa menata Ide-ide yang berserakan. Mana ide yang sekiranya penting dan perlu disimpan serta ide mana yang perlu dibuang. Kedua, kita dapat merapikan pola pikir supaya lebih runut dan lebih terstrukur. Terakhir, ketika menulis, kita dapat menyederhanakan hal yang terlihat kompleks jadi lebih mudah dipahami. Jadi, itulah alasan mengapa menulis menjadi skill penting yang perlu kita miliki.

Setelah menjelaskan pentingnya aktifitas menulis, Ruby menjelaskan 7 poin penting dari buku Writing Well (William Zinsser). Saya yakin poin-poin ini mudah dipraktekkan oleh penulis pemula. Apa saja 7 poin itu? Siapkan kopi dan camilan, lalu mari kita simak.

1. Re-writing atau menulis kembali

Esensi dari menulis adalah menulis kembali. Seseorang yang menulis dengan lancar, bukan berarti dia menulis dengan baik. Karena seperti banyak yang orang bilang "Your first draft, is sh*t". Saya sependapat dengan hal ini karena biasanya first draft dibuat untuk brain dumping. 

Kita bisa memulai dengan membuang semua isi kepala kita di dalam suatu bentuk tulisan yang ingin kita sampaikan. Keluarkan semua isi hati. Jangan ditahan dan jangan dikritisi dulu. Karena biasanya hal tersulit dalam menulis adalah memulai satu paragraf pertama. Kalau di kalimat pertama kita sudah mengkritisi. Ini bagus nggak ya? openingnya keren nggak ya? biasanya kita berhenti, tidak melanjutkan tulisan sampai dengan selesai.

Jadi esensi dari menulis adalah kita pasti akan menulis kembali, pasti akan revisi, pasti ada proses edit.

Salah satu latihan re-write adalah membaca salah satu artilkel dari satu penulis yang kita suka. Kalau saya saat ini suka membaca tulisan Agus Mulyadi dari Mojok.

Nah, kalau kita sudah menemukan penulis yang kita suka, baca tulisannya sampai habis dan sampai paham. Setelah itu, tulis ulang dengan gaya bahasa dan cara kita sendiri serta dengan menggunakan cerita-cerita versi kita namun masih dengan pesan yang sama.

2. Semua tulisan adalah pertanyaan untuk menjawab masalah  

Saya setuju dengan pernyataan ini. Ini mengingatkan saya ketika masih pandemi Covid-19, buku Filosofi Teras karya Henri Manampiring menjadi trend bacaan banyak orang. Saya penasaran apa isi dari buku tersebut yang katanya menjadi "obat " cemas pada saat itu, solusi overthinking dan cara menjadi manusia bahagia. 

Setelah saya riset sedikit, muncul banyak pertanyaan dibenak saya seperti: Apa itu stoikisme yang menjadi bahasan utama buku tersebut? Bagaimana penerapan stoikisme agar hidup menjadi bahagia? serta banyak pertanyaan lain.  Setelah saya membeli buku tersebut. saya baca bab per bab. Saya mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya.

3. Tulis dalam sudut pandang orang pertama

Gunakan kata-kata seperti: saya, gua, aku, kita, kami. Ini dampaknya sangat luar biasa. Apalagi buat kita yang menulis buku non-fiksi. Karena memudahkan kita relate ke pembaca karena tulisan kita menjadi lebih personal. Jadi kalau kita bahasakan dengan sudut pandang orang pertama berasa kita ngobrol sama orang. Pembaca juga merasa diajak ngobrol. Mulai sekarang, mari kita berlatih menulis menggunakan sudut pandang orang pertama.

4. Buat pembaca tersenyum dan tertarik untuk membaca kalimat atau paragraf selanjutnya. 

Ketika sedang menulis usahakan menyelipkan sedikit humor di sana. Pastikan di kalimat terakhir dalam paragraf tersebuat ada sebuah hook yang membuat orang membaca lebih lanjut. Bagian terpenting dalam sebuah artikel atau sebuah tulisan adalah satu baris pertama. Kalau satu baris pertama menarik, maka orang akan ingin membaca baris kedua, baris ketiga, baris keempat, dan sesudahnya.

5. Satu pesan provokatif yang jelas

Setiap karya fiksi harus meninggalkan pembacanya dengan satu pemikiran provokatif yang belum ia miliki sebelumnya. Bukan dua, bukan lima. Hanya satu.

Ketika kita menulis non-fiksi, pastikan kita sudah tahu apa yang ingin kita sampaikan. Satu hal yang paling penting itu apa sih? cukup satu saja. Tidak perlu dua, tiga, atau lima.

Kalau satu pesan itu sampai ke pembaca, sudah sangat bagus. Jadi, saat kita menulis teruslah bertanya pada diri kita sendiri seperti ini "Saya sebenarnya ingin ngomong apa sih di tulisan ini? Kalau bisa menyampaikan satu pesan saja dari tulisan ini, pesan itu apasih? Setelah itu, dicek apakah pesan itu sudah tersampaikan dengan jelas atau justru tersamarkan karena kita kebanyakan ngomong poin yang lain? atau omongan kita bertamasya kemana-mana dalam bercerita sehingga pesan itu tidak mengena ke pembaca.

6. Masukkan detail-detail kenapa tulisan ini ditulis dan kenapa itu penting 

Dalam menulis tulisan non-fiksi, kita dapat menggunakan riset akademis atau jurnal untuk menjelaskan bahwa poin yang disampaikan penting untuk kita tahu dan pembaca tahu. 

Dalam tulisan non-fiksi ini adalah bentuk penghormatan kita kepada pembaca, dengan memberikan tidak hanya cerita atau hanya narasi yang menggerakkan secara emosional, namun juga data, fakta, dan kebenaran objektif yang berbicara langsung pada logika. Jadi,dalam tulisan non-fiksi otak kanan otak kiri terpuaskan secara seimbang.

 7. Pastikan baca semuanya, dibacakan dengan bersuara sebelum dibagikan ke publik

Setelah menulis artikel pastikan kita baca semuanya, dibacakan dengan bersuara, sebelum pencet klik send atau publish.

Ketika kita membaca tulisan sendiri dengan bersuara, bayangkan diri kita menjadi pembaca tulisan kita. Bayangkan setiap kalimat itu di kepala mereka. Kedengarannya bagaimana sih? Aneh nggak ya? 

Apakah ada kalimat yang ambigu yang membuat pembaca bingung? atau ada kalimat yang kepanjangan sehingga waktu dibaca tidak selesai satu napas. Jangan-jangan disitu perlu ditambahi titik dan koma. Jadi setelah kita bacakan jadi tahu, ternyata perlu penekanan disini, kurang disini, perlu tambahan di sana.

Begitulah beberapa poin yang semoga membantu kita penulis pemula dalam meningkatkan kemampuan menulis tulisan non-fiksi. Tambahan tips dari saya adalah perbanyak membaca. Bacaan bisa apapun. Tanpa membaca mustahil kita bisa membuat tulisan yang baik. Sebuah teko kosong takkan mampu mengisi gelas-gelas kecil. Isi dulu teko kita, baru kita bisa menuangkan isinya ke gelas-gelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun