6. Masukkan detail-detail kenapa tulisan ini ditulis dan kenapa itu pentingÂ
Dalam menulis tulisan non-fiksi, kita dapat menggunakan riset akademis atau jurnal untuk menjelaskan bahwa poin yang disampaikan penting untuk kita tahu dan pembaca tahu.Â
Dalam tulisan non-fiksi ini adalah bentuk penghormatan kita kepada pembaca, dengan memberikan tidak hanya cerita atau hanya narasi yang menggerakkan secara emosional, namun juga data, fakta, dan kebenaran objektif yang berbicara langsung pada logika. Jadi,dalam tulisan non-fiksi otak kanan otak kiri terpuaskan secara seimbang.
 7. Pastikan baca semuanya, dibacakan dengan bersuara sebelum dibagikan ke publik
Setelah menulis artikel pastikan kita baca semuanya, dibacakan dengan bersuara, sebelum pencet klik send atau publish.
Ketika kita membaca tulisan sendiri dengan bersuara, bayangkan diri kita menjadi pembaca tulisan kita. Bayangkan setiap kalimat itu di kepala mereka. Kedengarannya bagaimana sih? Aneh nggak ya?Â
Apakah ada kalimat yang ambigu yang membuat pembaca bingung? atau ada kalimat yang kepanjangan sehingga waktu dibaca tidak selesai satu napas. Jangan-jangan disitu perlu ditambahi titik dan koma. Jadi setelah kita bacakan jadi tahu, ternyata perlu penekanan disini, kurang disini, perlu tambahan di sana.
Begitulah beberapa poin yang semoga membantu kita penulis pemula dalam meningkatkan kemampuan menulis tulisan non-fiksi. Tambahan tips dari saya adalah perbanyak membaca. Bacaan bisa apapun. Tanpa membaca mustahil kita bisa membuat tulisan yang baik. Sebuah teko kosong takkan mampu mengisi gelas-gelas kecil. Isi dulu teko kita, baru kita bisa menuangkan isinya ke gelas-gelas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI