Mohon tunggu...
amrullah ali moebin
amrullah ali moebin Mohon Tunggu... -

semua proses hidup dinikmati dengan perjuangan,.,.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apa Hubungan Pilgub DKI dan Kanjeng Dimas?

11 Oktober 2016   00:21 Diperbarui: 11 Oktober 2016   01:47 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Es strup (semacam es sirup) saya tersisa setengah gelas. Setidaknya dua tegukan lagi es akan habis. Tapi, es saya tak kunjung habis. Karena ada yang mengalihkan perhatian agar tak segera mengabiskan cairan merah nan segar itu. Pengalih perhatian itu, seorang sahabat tua saya. Dia tiba-tiba datang, mengambil posisi duduk di hadapan saya. Sambil mengengeh terpancar senyum khasnya.

Edan kan? Kehadirannya membawa pengaruh pada aktivtas ng-Es saya malam itu. Begitulah tugas ‘pengalih perhatian’. Bila sasarannya sudah masuk dalam perangkapnya bisa sampai berhari-hari lupa pada tujuan awalnya. Seperti tujuan awalnya saya yang ingin menghabiskan es, justru teralihkan atas kehadirannya. Meski sang pengalih perhatian itu tak sengaja.

Saya tak ingin membahas tentang pengalihan perhatian yang dilakukan media massa. Atau lebih tren disebut pengalihan isu. Sebab, masyarakat sudah banyak tahu soal pengalian isu. Teorinya, isu besar akan tergerus dengan isu  yang lebih besar. Begitu seterusnya.

Tapi ini soal hubungan Kanjeng Dimas Taat Pribadi (Semoga saya tidak salah menulis)  dengan hiruk pikuk persiapan Pilgub Jakarta. Sebenarnya, hasil analisis ini datang dari sahabat tua yang sudah saya sebut diatas tadi. Maklum, lama kami tak bertemu akhirnya omongan kami bisa sampai ke urusan ibu kota. Meski, kami sadar omongan itu pasti tak akan berefek pada nilai tukar rupiah. Eh.Sebab, itu jelas tidak mungkin.

Awal analisis itu keluar saat tema obrolan kami masuk tentang Kanjeng Dimas. Sahabat tua saya bertanya mengapa kasus Dimas kanjeng baru terkuak tahun ini. Padahal, orang bertubuh tambun itu sudah lama mendirikan padepokan dan menjalankan praktik ‘penggandaan uang’.

Jawaban normatifnya adalah karena kasus dugaan aksi pembunuhan baru saja terkuak. Jadi baru saja diselidiki hingga cukup alat bukti untuk menahan Kanjeng Dimas. Hingga ditetapkan sebagai tersangka. Tapi, dengan sekejap sahabat tua itu memotong pemikiran yang berfikir biasa-biasa saja.

‘’Tapi kenapa kok bersamaan dengan Pilgub Jakarta?’’ tanya sahabat tua lebih detail.

Dahi kami yang ada disekelilingnya menggerut. Wajar, analisa kami yang saat itu sedang nge-Es tak sampai disana. Sahabat tua semakin meyakinkan dengan penjelasan berikutnya. Yakni, pada saat pilkada dan pil, pil lainnya itu pasti tak jauh hubungannya dengan duit.

Duit mendapatkan porsi penting saat pil-pil-an itu. Sudah menjadi rahasia umum bisa calon yang beradu saat pil-pil-an itu membagikan uang. Lantas apakah pilgub DKI para calon tak menggunakan uang untuk biaya kampenye dan tetek-bengeknya? Silahkan tanya pada tim pemenangannya masing-masing. Apakah pemilih Jakarta menerima duit sebelum menggunakan hak suaranya? tanya saja pada masyarakat Jakarta. Biar lebih jelas. Tapi, aktivitas politik tak pernah jauh dengan uang.  

Kini, bagaimanakah mendapatkan uang sebanyak itu. Apakah seseorang bisa seenaknya sendiri mencairkan uang miliyaran rupiah di bank? Oh tentu tidak, pasti ada persyaratan tertentu. Apakah untuk membantu calon harus melakukan transfer uang? Kalau itu dilakukan pasti dicatat oleh KPU. Nah, apakah ada sumbangan yang tak sampai terlaporkan KPU? Silahkan tanya pada KPU. Tapi, aktivitas kampanye tak jauh dari duit.

Oke, bila tak mungkin mencairkan dari bank dengan jumlah banyak, maka uangnya di dapat dari mana? Kanjeng Dimas mungkin bisa menjawab pertanyaan ini. Apakah tim sukses pasangan calon pernah ada yang datang ke rumahnya untuk hanya sekedar silaturahim lantas pulang dititipi sesuatu? Sekali lagi Kanjeng Dimas yang lebih tahu. Siapa saja timses yang saat pilpres dan pileg 2009 dan 2014 yang pernah bertandang ke padepokannya. Begitu juga timses para peserta pilkada serentak 2015 lalu. Bila nanti Kanjeng Dimas telah menjawab itu setidaknya akan ada sedikit pencerahan. Sebab, menurut data yang dilansir tempo.co pada 10 Oktober 2016, Kanjeng Dimas pernah mendirikan Lembaga Swadaya Masyarkat.

Sekarang, kalau pun analisa diatas benar. Maka, politisi yang akan bertarung di pilkada serentak 2017, juga dengan pilgub Jakarta akan klabakan. Sebab, sang ‘pengganda’ telah diamankan polisi. Apakah penangkapan sang ‘pengganda’ ada kepentingan politik, untuk memotong jalur uang  cash pada peserta pilkada? Oh, soal ini pengamat intelijen atau intelijen sendiri yang lebih tahu.

Oh iya, di beberapa situs juga dilansir bila ada oknum TNI-Polri ada yang terlibat dalam perkara Kanjeng Dimas. Namun, ada yang mengatakan untuk sebagai tameng. (tempo.co 1/10/2016).

Bahkan, tak sedikit yang aparat yang mengaku menjadi pengikut. Jadi, bisa dilihat calon mana yang mata rantainya terputus dengan tertangkapnya Sang Pengganda.

Nah, sekarang apakah uang yang dibawa oleh Dimas Kanjeng itu asli atau tidak. Saya memang tak bisa membuktikan. Saya juga tak ingin berdebat dengan Bunda Marwah Daud. Sebab, saya tak pernah berhubungan langsung dengan uang tersebut.

Bila kita berfikir sederha saja, keberadaan uang yang segebok itu bisa terlihat asli atau bukan. Konon sudah banyak orang yang menyetor sebagian dananya untuk digandakanb bahkan nilainya ada yang miliaran. Tapi, hasilnya zonk. Apakah uang yang disetorkan pada pengikut itu adalah uang paslu? Nah, yang bisa menjawab kepalsuan atau tidak hanya mereka yang telah menyetor.

Sekarang kita tinggal menunggu saja. Akhir dari sinetron Kanjeng Dimas ini. Bagaimana ending-nya. Apakah berbanding lurus dengan para playerpilkada dan pilgub serentak di 2017 nanti? Sila ditunggu saja.

Berbincang tentang Kanjeng Dimas dan Pilgub DKI membuat tenggorokan saya mulai mengering. Es setrup yang es-nya yang telah mencair itu kembali saya sruput. Segar rasanya. Terima kasih Sahabat tua. (*)

Amrullah (Pegiat literasi di Tuban )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun