Sekarang, kalau pun analisa diatas benar. Maka, politisi yang akan bertarung di pilkada serentak 2017, juga dengan pilgub Jakarta akan klabakan. Sebab, sang ‘pengganda’ telah diamankan polisi. Apakah penangkapan sang ‘pengganda’ ada kepentingan politik, untuk memotong jalur uang  cash pada peserta pilkada? Oh, soal ini pengamat intelijen atau intelijen sendiri yang lebih tahu.
Oh iya, di beberapa situs juga dilansir bila ada oknum TNI-Polri ada yang terlibat dalam perkara Kanjeng Dimas. Namun, ada yang mengatakan untuk sebagai tameng. (tempo.co 1/10/2016).
Bahkan, tak sedikit yang aparat yang mengaku menjadi pengikut. Jadi, bisa dilihat calon mana yang mata rantainya terputus dengan tertangkapnya Sang Pengganda.
Nah, sekarang apakah uang yang dibawa oleh Dimas Kanjeng itu asli atau tidak. Saya memang tak bisa membuktikan. Saya juga tak ingin berdebat dengan Bunda Marwah Daud. Sebab, saya tak pernah berhubungan langsung dengan uang tersebut.
Bila kita berfikir sederha saja, keberadaan uang yang segebok itu bisa terlihat asli atau bukan. Konon sudah banyak orang yang menyetor sebagian dananya untuk digandakanb bahkan nilainya ada yang miliaran. Tapi, hasilnya zonk. Apakah uang yang disetorkan pada pengikut itu adalah uang paslu? Nah, yang bisa menjawab kepalsuan atau tidak hanya mereka yang telah menyetor.
Sekarang kita tinggal menunggu saja. Akhir dari sinetron Kanjeng Dimas ini. Bagaimana ending-nya. Apakah berbanding lurus dengan para playerpilkada dan pilgub serentak di 2017 nanti? Sila ditunggu saja.
Berbincang tentang Kanjeng Dimas dan Pilgub DKI membuat tenggorokan saya mulai mengering. Es setrup yang es-nya yang telah mencair itu kembali saya sruput. Segar rasanya. Terima kasih Sahabat tua. (*)
Amrullah (Pegiat literasi di Tuban )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H