Mereka yang saya sebut tadi hanya mirip saja. Bisa jadi, mereka hanya bertopeng profesi itu untuk menjadi pembisik bupati. Atau lebih tepatnya, kiai palsu, kontrakor palsu, pengusaha palsu, wartawan palsu, dan aktivisi paslu.
Nah, sekarang keputusan ada pada bupati. Memilih siapa menjadi pembisiknya. Kalau saya boleh menyarankan. Silahkan pak Bupati bisa ambil ganti celana jins. Terus pakai kaus. Jangan lupa topi dan kaca mata. Nyalakan motor bebek di depan kantornya. Dan jalan-jalan deh keliling kota. Ati-ati ndak usah bawa pengawal atau pengaman. Kalau ada warung silahkan mampir pesen kopi. Mengopilah dengan rakyat yang ada di warung itu. Dengarkan keluhan langsung dari rakyat. Omongan mereka yang ada dibawah itu setidaknya akan menjadi pembisik yang baik. Eit, satu lagi. ndak usah selfi-selfi lalu diunggah di medsos ya!
Monggo disruput dulu kopinya!
Tuban, 10 Juli 2016Â
AAM
Catatan: Tulisan pernah dimuat di Jawa Pos Radar BojonegoroÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H