‘’Itu untuk kepentingan ummat pak Bupati,’’ dalih mirki saat memberikan bisikannya pada sang bupati.
Mirkon (Mirip Kontraktor). Pembisik ini gayanya parlente. Tapi perutnya agak buncit. Rambut dan sepatunya sama-sama klimis. Semua pasti sudah tahu apa kepentingannya si Mirkon saat melancarkan bisikannya kepada bupati. Setidaknya, sebagian pembangunan di daerah itu bisa dikerjakan oleh PT ataupun CV-nya.
‘’Pak bupati akan mendapatkan piala adipura kencana kalau pembangunan kotanya bagus,’’ ujar si Mirkon dengan gaya khasnya.
Selanjutnya, Mirtipis (Mirip Aktipis). Penampilannya mbois. Otaknya cling. Ide-idenya suip. Tapi, setiap ide dia berharap bisa mendapat jatah untuk melakukan pandampingan. Dalihnya, agar setiap program bisa untuk mengepulkan dapur dikantor lembaganya.
‘’Ini program yang repolusioner pak. Sangat transparan. Bapak akan mendapatkan penganugerahan,’’
Setidaknya, bisa seperti itu ungkapan yang disampaikan si Mirtipis.
Ada juga yang disebut Mirsaha (Mirip Pengusaha). Ini saya sengaja bedakan dengan si Mirkon. Sebab, Mirsaha ini diatas si Mirkon. Mirsaha punya industri besar yang bercokol di tempat bupati itu memimpin. Untuk membisiknya sederhana saja.
‘’Silahkan bapak nanti bisa memasok bahan-bahan di perusahaan kami melalui perusahaan yang bapak miliki. Setidaknya itu bisa membantu perusahaan kami,’’ tuturnya Si Mirsaha diplomatis.
Dengan diplomasi itu, si Mirsaha bisa lebih santai dan enjoy melakukan eksploitasi sumber daya alam milik daerah tersebut. Mereka tak akan khawatir soal AMDAL atau merusak lingkungan.
Sekarang giliran Mirwan (Mirip Wartawan). Ya, ini kadang lebih lihai dalam melakukan bisikan. Hanya dengan berucap ba bi bu. Bupati pasti mengiyakan. Nah, tapi bisikan itupun bukan gratis. Pasti ada udang dibalik rempeyek. Yup, si Mirwan tadi akan meminta jatah ‘86’ pada bupati tersebut.
Nama-nama tadi hanya mirip saja lho. Profesi aslinya pasti tidak seperti itu. Saya yakin, Kiai, Pengusaha, Kontrakor, aktivis LSM dan para Wartawan adalah orang baik.