Dikutip dari buku Ajaran Kyai Hamim Jazuli, "Gus Miek" dikisahkan pada suatu hari, Gus Miek dengan diikuti Gus Farid (kerabatnya) bertandang ke sebuah diskotek.
Di sana, Gus Farid mencoba menutupi identitas Gus Miek agar tidak dilihat dan dikenali pengunjung diskotek itu.
"Gus, apakah jama'ah sampeyan kurang banyak? Apakah sampeyan kurang kaya? Kok mau masuk tempat seperti ini?" Tanya Gus Farid kemudian.
Gus Miek terlihat emosi mendengar pertanyaan orang terdekatnya, yang telah puluhan tahun mengikutinya.
"Biar nama saya CEMAR di MATA MANUSIA, tapi TENAR di MATA ALLAH. Apalah arti sebuah nama. Paling mentok, nama Gus Miek hancur di mata umat.
Semua orang yang di tempat ini, di diskotik ini, juga menginginkan surga, bukan hanya jamaah (kaum santri dan bersarung) saja yang menginginkan surga. Tetapi, siapa yang berani masuk ke tempat seperti ini? Kyai mana yang mau masuk ke tempat-tempat seperti ini?!" Sergah Gus Miek.
Gus Farid terdiam. Tak lama setelah itu, Gus Miek pun kembali ceria seolah lupa dengan pertanyaan Gus Farid barusan.
Memang, setiap kali Gus Miek masuk bar, lobi hotel ataupun tempat-tempat 'hiburan pelepas penat' bagi orang-orang tertentu seperti ini, ada saja orang-orang yang mengerubunginya, masing-masing mengadukan permasalahan kehidupannya.
Gus Miek dan Gus Miftah mencoba mengetuk hati manusia yang sedang lupa dan alpa dengan melampiaskannya ke klub malam untuk kembali mengingat Tuhan, karena dakwah tidak melulu dipanggung, mimbar apalagi dengan sweeping dan pekikan takbir nir-substansi, akan tetapi bagaimana sampai bisa mengetuk hati manusia untuk kembali kepada Tuhan.Â
Ud'u ilaa sabili rabbika bil hikmati wa mau'izatil hasanati, Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H