Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam Ramah dan Islam Marah

24 Juni 2019   12:18 Diperbarui: 24 Juni 2019   16:23 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Toleransi bukan hanya sekedar saling menghormati dalam keberagaman, lebih dalam lagi, substansi dari toleransi itu sendiri menurut Gus Dur adalah rasa saling pengertian yang tulus dan berkelanjutan. Kita hanya akan mampu menjadi bangsa yang kukuh, kalau umat agama-agama yang berbeda dapat saling memnghormati. 

Yang diperlukan adalah rasa saling memiliki (sense of belonging), bukannya hanya saling tenggang rasa terhadap satu dengan yang lain. Karena Islam adalah agama golongan penduduk mayoritas bangsa kita, menjadi sangat menyedihkan bahwa sampai hari ini masih sangat luas sikap negatif mereka kepada pihak-pihak lain. Materi khutbah dan ceramah para pemimpin Islam dari kalangan ulama dan cendekiawan, masih berubah sewaktu-waktu menjadi sangat memperihatinkan.[8] Dakwah bil hikmah sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Qur'an Surat An-Nahl 16 (125) "Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.  

Dakwah dengan tanpa adanya paksaan dan kekerasan perlu didengungkan dan diimplementasikan dalam upaya penyampaian kebenaran kepada khalayak masyarakat Indonesia yang heterogen ini, seiring dengan semakin berkembangnya kelompok-kelompok yang mengatasnamakan dakwah Islam yang dalam prakteknya sering mengumbar provokasi kebencian, kekerasan, menjustifikasi kelompok lain sebagai kesesatan, kesyirikan dan bahkan yang lebih ekstrem lagi melakukan aksi terorisme atas nama agama, seakan-akan Islam yang  Rahmatan Lil Alamin itu diwakili oleh kelompok-kelompok yang demikian ekstrem itu, sehingga akhirnya nama Islam lah yang dipandang sebagai agama penuh kekerasan dan intoleransi. 

Citra simbol itu telah dilukai oleh para pemeluknya sendiri yang belajar agama hanya sebatas tekstual, skriptual, emosional dan segmentatif karena penjelasan-penjelasan dan arahan dari para guru, dosen, dan tokoh agama yang bersifat normatif-doktriner serta didukung oleh lingkungan sosio-kultural yang eksklusif, maka bisa jadi akan melahirkan sikap intoleran dan agama dapat berperan sebagai faktor pemecah-belah persatuan.[9]

 Mengembalikan citra dan hubungan antarumat beragama yang dahulu kian mesra dan ternodai dengan adanya sebuah insiden-insiden yang menciderai wajah Islam khususnya di Indonesia atau umumnya Islam dimata dunia tidak semudah yang dibayangkan. Jika pesan damai yang identik dengan Islam Rahmatan lil Alamin itu terus diwakili oleh mereka-mereka yang anarkhis, radikal, provokatif dan doktriner yang keluar dari jalur rel dakwah ala Rasulullah SAW, dan para Walisongo yang selalu mengedepankan sikap tasamuh atau toleran itu. Islam harus bangkit dengan kelembutan, bukan dengan kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi. 

Sekarang, tugas kita untuk bersama membangun pola pikir dan strategi dakwah yang tidak mengedepankan ekstremisme dan terus mengedepankan toleransi sebagai landasan berdakwah, sehingga Islam yang Rahmatan lil Alamin itu terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara khususnya di Indonesia, umumnya dalam ruang lingkup dunia, menuju kehidupan harmonis yang tidak ada saling curiga, membenci, memusuhi atau bahkan saling membunuh antarumat beragama. Semoga.

Tulisan ini turut berpartisipasi dalam Konferensi Literasi Santri Nasional 'Santri Writer Summit' tahun 2017 di Universitas Indonesia.                                                                 

[1] Agus Maimun, "Islam Toleran", Blog Pribadi Agus Maimun, 15 Februari 2015. (agusmaimun.lecturer.uin-malang.ac.id) diakses 20 oktober 2017.

[2] Ibid.   

[3] Ainul Yaqin, "Menolak Liberalisme Islam, Catatan atas Berbagai Wacana dan Isu Kontemporer".  MUI Jawa Timur 2012. Hlm 245.  

[4] "Bom Bali 2002, Kisah Lengkap Aksi Terorisme Paling Fenomenal di Indonesia",  BERITASEPULUH.COM. (beritasepuluh.com) diakses 22 oktober 2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun