Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Islam Ramah dan Islam Marah

24 Juni 2019   12:18 Diperbarui: 24 Juni 2019   16:23 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bukan hanya aksi bom Bali, hadirnya kaum ekstremis seperti ISIS yang belakangan ini juga membuat warga dunia takut dengan aksi-aksinya hingga melahirkan benih-benih kebencian terhadap Islam. ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) adalah kelompok pejuang yang beraliran ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras dalam menjalankan prinsip-prinsip jihad. ISIS adalah kelompok yang sangat ekstrem anti-Barat. 

ISIS beranggapan bahwa mereka yang tidak setuju dengan ideologinya sebagai kafir dan murtad. ISIS (sekarang IS) memiliki tujuan untuk mendirikan negara Islam di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam. Beberapa dari komentator Sunni, salah satunya adalah Zaid Hamid, misalnya, serta Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan juga Abu Basir al-Tartusi, yang menuduh bahwa ISIS serta kelompok teroris yang terkait tidak mempresentasikan aliran Sunni sama sekali, melainkan menyatakan mereka adalah kelompok yang masuk kepada Khawarij yang tergolong kepada kelompok bid'ah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam. [4]

Islam yang demikian itu kemudian dinamai dengan islam marah, radikal, anarkhis dan semacamnya. Citra Islam yang terlukai sebagai agama yang dianggap ekstrem, mengajarkan pembunuhan, kekerasan, terorisme dan kegaduhan-kegaduhan lainnya hingga muncul istilah 'Islamophobia' atau kebencian dan ketakutan terhadap hal-hal apapun yang berbau Islam. 

Menjamurnya Islamophobia terlebih dinegara-negara Barat dipicu karena semakin maraknya kaum-kaum ekstremis yang mengatasnamakan agama menghancurkan perdamaian dan toleransi yang sudah terbangun rapi. Islamophobia di barat sendiri telah mengakibatkan kehidupan umat muslim yang notabene minoritas disana mendapat perlakuan-perlakuan yang menodai kerukunan antarumat beragama, mulai dari pelarangan memakai jilbab, hingga kekerasan yang sering dialami muslimah yang memakai jilbab disana.

Di Indonesia sendiri, Islamophobia mulai muncul, kecemasan dan tuduhan negatif akan Islam sebetulnya telah mulai sejak peristiwa bom Bali pada tahun 2002 silam. Sejak itu rentetan penangkapan tersangka yang semuanya berpenampilan muslim membuat masyarakat Indonesia mulai was-was dengan pria berjenggot lebat dan bergamis panjang. Pun dengan wanita bercadar dan berjubah hitam.

Belum lagi adanya pihak aparat yang tak setuju aktivitas salah satu ormas Islam dalam aksi sweeping tempat hiburan di Jakarta setiap bulan puasa. Ormas Islam ini kemudian dianggap sebagai lawan dan bukan kawan dalam mengatasi penyakit masyarakat. Kecemasan makin menjadi ketika tokoh muslim mulai memasuki jabatan pemerintahan tertinggi dari walikota, gubernur hingga ketua MPR.[5] 

Islam yang ramah itu, mengedepankan toleransi
Nabi Muhammad SAW diutus di dunia untuk menyempurnakan akhlaq, sebuah landasan dan pondasi pokok dalam mengarungi kehidupan sosial budaya yang mengedepankan etika. Itulah sebuah dasar dakwah ala Rasulullah SAW, dengan penuh toleransi, mencerminkan Islam yang ramah bukan Islam yang marah. Sunnah yang paling utama adalah akhlaqulkarimah, bukan hanya sebuah kostum yang sebatas penampilan belaka, melainkan esensi sunnah itu sendiri yang dibutuhkan dalam menyebarkan benih-benih perdamaian kepada setiap ummat manusia.

Dulu, ketika Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu sedang berdakwah dilingkungan warga Thaif dengan tekanan dan ujian dari warga Thaif yang luar biasa hingga Malaikat Jibril marah kepada warga Thaif dan meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk menghukum warga Thaif dengan menimpakan gunung ke arah pemukiman warga Thaif, tetapi, Nabi menolaknya dengan halus. 

Pada lain kesempatan, sebagai pemimpin negara, Rasulullah SAW juga menunjukkan sikap tolerannya. Ketika terjadi keributan antara kaum Muslim dan kaum Quraisy serta Yahudi, Rasul menawarkan solusi dengan membuat Piagam Madinah untuk mencari kedamaian dan ketenteraman kehidupan di masyarakat. Seperti yang terdapat pada pasal 16 yang tertulis, "Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (kaum mukminin) tidak terzalimi dan ditentang.". [6]

Pentingnya sikap tasamuh atau toleransi dalam upaya menyebarkan nilai-nilai Islam sebagaimana dilakukan oleh para Wali Songo dalam upaya Islamisasi di Nusantara, dengan beberapa metode dan strategi  seperti akulturasi budaya dengan tanpa menghilangkan budaya itu sendiri, melainkan budaya dan tradisi itu disusupi dengan ajaran Islam, sebagaimana Sunan Kalijaga memasukkan ajaran Islam dalam cerita pewayangan yang sebelumnya sarat akan cerita Hindu-Budha, walaupun lakon atau kisah dari pewayangan tersebut masih menceritakan  Pandawa dan Kurawa yang mengandung unsur kebaikan dan keburukan kepada masyarakat Nusantara yang pada waktu itu mayoritas beragama Hindu-Budha dan penganut kepercayaan-kepercayaan (animisme dan dinamisme). 

Atau cara toleransi ala Sunan Kudus yang sering menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'an yang tertera dalam Surat Sapi Betina, Surat Al-Baqoroh. Dalam acara-acara pesta, Sunan Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena hal itu akan melukai hati pemeluk Hindu yang masih merupakan agama mayoritas penduduk Kudus. Sebagai gantinya Sunan Kudus akan menyembelih kerbau. [7] Islam pada waktu itu bangkit dengan kelembutan dan penuh strategi agar diterima oleh masyarakat, terbukti dengan masih adanya produk akulturasi budaya ala Wali Songo seperti bangunan masjid yang didirikan oleh Sunan Kudus dengan menaranya yang berarsitekturkan rumah ibadah masyarakat setempat yaitu candi atau pure yang notabene rumah ibadah ummat Hindu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun