“Apa? Mas jangan tersenyum. Pokoknya jangan tersenyum,” katanya ngambek.
Ada apa ini? Kenapa kau merasa kalau kami itu cocok banget? Ada perasaan malu bercampur senang ketika di dekatnya. Tapi jantungku, seharusnya berdetak tapi tidak berdekat.
“Mas, minta nomor HP-nya. Biar nanti malam aku hubungi,” katanya ramah banget disertai senyuman manisnya. Aku memberikan nomor HP-ku dan perempuan itu langsung pergi.
Harimau langsung mengaum kegirangan. Rasanya dia mengaum kegirangan mengucapkan selamat kepadaku.
Ya, pada malam harinya dia mengirimku sebuah pesan disertai emoji yang membuat aku tertawa. Dan aku membalas seadanya dan dia membalas pesanku. Ya … satu jam kemudian dia mengirimnya lagi dan aku membalasnya dengan waktu satu menit saja.
Begitulah yang kualami malam-malam terakhir kami. Rasanya tiap malam aku menanti kehadiran pesan darinya. Kadang aku pura-pura bertanya agar aku bisa berkirim pesan kepadanya.
Hingga akhirnya dia mengajakku ketemuan. Aku begitu senang. Semalaman au senyam-senyum. Aku memikirkan pakaian terbaik yang aku pakai.
Keesokan harinya, aku datang. Aku datang sekaligus patah hati. Ternyata, dia datang membawa pacarnya. Pacarnya butuh bantuanku mengenai pembuatan desain. Ya, aku memang ahli desain.
~amrudly.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H