“Ituloh cewek yang cantik banget di kantor kita.”
“Oh … bisa masak nasi goreng nggak?” jawabku langsung.
“Kalau itu sih … tanya aja sama orangnya,” aku langsung pergi menemui Nisa. Nisa sedang makan siang bersama teman-temannya.
“Nisa bisa masak nasi goreng?” tanyaku tanpa basa basi. Nisa begitu kebingungan. Kenapa pula tiba-tiba aku nanya nasi goreng. Ya … kalau misal dia bisa masak terus masakannya enak bangat. nanti malam bakal datang aku ke rumahnya untuk melamarnya.
Nisa hanya diam seribu bahasa. Sebuah tanda bahwa dia tidak bisa masak. Aku minta maaf kepadanya, mengatakan kalau itu hanya bercanda dan aku pergi meninggalkannya.
“Hey, katanya kamu bertanya kepada Nisa bisa masak nasi goreng ya? To the point kali ya,” kata Siti sahabatku. Kami sudah bersahabat sejak SD.
“Iyalah. Apalagi? PDKT dulu terus pacaran? Oh … aku nggak mau pacaran. Kalau serius nikah sudah. Ngapain main-main nggak jelas.”
“Hahaha aku suka gaya kamu.”
Aku sekarang sudah berumur 26 tahun. Umur 26 tahun adalah umur yang rawan. Walaupun banyak orang mengatakan kalau umur segitu masih aman sih bagi cowok.
Aku juga bingung dengan Siti, sahabatku. Kamu hanya beda dua tahun. Yang artinya dia sekang 24 tahun. Pacar tidak punya apalagi yang datang ke rumah buat melamarnya. Padahal … secara penampilan dia cantik bangat. tapi … karena dia terlalu cantik tidak ada yang berani mendekatinya.
Oh ya, kenapa dia tidak PDKT duluan ya?