“Bukan seperti itu Andri.”
“Jadi apa maksudnya ma? Papa selama ini sayang gitu kepada Andri? Kalau papa sayang kepada Andri seharusnya papa sering melihat Andri. Bukan menelantarkan Andri!” kata Andri lalu pergi meninggalkan rumah. Budi mendengar pembicaraan itu. Sekilas dia memang sakit hati. Tapi dengan cepat dia menenangkan hatinya.
***
Ketika Andri berumur 30 tahun, Budi sudah tua. Dia sudah tidak sanggup bekerja lagi. Dia kini terbaring lemah. Istrinya menjaga Budi.
“Hehe bagaimana dengan keadaan Andri?” tanya Budi kepada istrinya.
“Pa, Andri sekarang sudah sukses. Dia kini mempunyai rumah yang mewah dan punya mobil pa. walaupun mobilnya jadi pajangan juga.”
“Haha ternyata Andri telah berhasil ya. Oh ya, bagaimana dengan istrinya?”
“Istrinya baik sekali pa. Sifatnya mirip sekali dengan mama loh.”
“Syukurlah. Sekarang aku bisa tenang. Biarkan Andri tidak mencintai papanya. Yang penting aku berhasil menyekolahkannya dan menjadi anak pandai,” kata Budi sambil menutup mata.
Sumber : bacacerpen.net
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI