“Tidak usah ma. Papa itu tidak sayang Andri,” kata Andri judes dan dia pun berlalu. Sebenarnya Budi mendengar perkataan anaknya. Budi sekilas sakit hati namun dia tersenyum kembali.
“Bagaimana dengan Andri? Kelihatannya dia semakin besar.”
“Iya pa. dia menjadi anak yang pandai.”
“Bagaimana dengan biaya sekolahnya?”
Istri Andri memberikan sebuah kertas kecil. Ketika Budi melihat angka yang tertera dia cukup terkejut. Nominalnya sangat besar. Tapi dengan cepat dia tersenyum.
“Baiklah, biar papa carikan. Papa ingin Budi menyelesaikan sekolahnya dan menjadi anak pandai.”
Budi semakin bekerja keras lagi. Dia bahkan beberapa kali pingsan di tempat kerjanya. Dalam mimpinya selalu bermimpi melihat anaknya bakal menjadi anak pandai.
***
Sekarang Andri telah berumur 26 tahun. Andri telah menjadi orang sukses. Dia telah menyelesaikan pendidikannya. Dan … dia hanya berterimakasih hanya kepada mamanya. Dia tidak berterimakasih kepada papanya.
“Andri, kenapa kamu membenci papa?”
“Sudah jelas bukan? Papa itu tidak pernah sayang kepada Andri. Setiap pagi dia pergi ke rumah dan pulang tiap malam. Dia hanya di rumah ini hanya beberapa jam saja. Dia tidak pernah bercanda dengan Andri. Dan dia tidak pernah menatap muka Andri.”