Mohon tunggu...
Amrudly
Amrudly Mohon Tunggu... -

hai saya orangnya gk jelas hidupnya. mencoba kemana saja. yang penting happy. kalau bisa ... kunjungi blog saya ya... amrudly.com gamgadget.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sesama Tukang Selingkuh Harus Sadar Diri Masing-masing

25 September 2016   17:38 Diperbarui: 25 September 2016   18:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kalau tidak salah kamu pacarnya Andi ya?” kataku dengan setengah bertanya. Aku tahu dia pacarnya Andi. Siapa yang tidak kenal dengan Sasa. Seorang cewek dengan kecantikannya bagaikan bidadari dan cowoknya Andi bagaikan bintang film.

“Kalau iya kenapa?” katanya sambil mengusap air matanya.

“Oh … tidak apa-apa sih. Kalau begitu ya sudah. Aku mau pergi dulu. Oh ya, kalau cowok suka menampar cewek berarti da tidak benaran cinta,” kataku sambil melambaikan tangan. Aku tidak sengaja melihat adegan mereka.

Aku mendalami olahraga Parkour. Aku sangat suka bergerak dari posisi A ke posisi B. gerakan Parkour sangat lincah dan efisien.

Tapi olahraga Parkour membutuhkan fasilitas lebih. Ya … dinding lumayan tinggi, kursi, palang pintu, pokoknya apapun yang menghalangi. Itulah fasilitas Parkour. Dan untungnya fasilitas tersebut mudah didapat.

Aku selalu berlatih di belakang kampus dan tanpa sengaja, aku melihat adegan seru.

“Andi! Kamu pasti selingkuh kan? Ini apa buktinya?” kata Sasa sambil menunjukkan pesan singkat. Aku yakin itu smartphone Andi diam-diam dia ambil.

“Kamu berani mengambil smartphoneku! Dasar cewek murahan!” kata Andi dengan kasarnya. Hmm … antara Sasa dan Andi, mana yang lebih kasar ya?

“Bilang saja kamu tidak mau kelihatan selingkuh! Iya kan!”

“Kamu juga selingkuh! Lihat ini!” Andi langsung menunjukkan pesan singkat dari smartphone berwarna pink. Dari warnanya saja aku sudah tau itu smartphone siapa.

“Kenapa kamu berani mengambil smartphoneku?” huh? Dasar!

“Kamu juga!” kata Andi dengan kasarnya.

“Dasar laki-laki buaya!”

“Dasar cewek murahan!” Andi langsung menampar Sasa. Sasa pun ambruk ke tanah sambil memegang pipinya. Aku yakin tamparannya sangat kuat. Soalnya suaranya terdengar jelas di telingaku.

Dan setelah Andi pergi, aku langsung menghampiri Sasa. Aku masih melihat dia menangis. Aku merasa kasihan kepada Sasa? Tidak, aku tidak kasihan. Justru aku tertawa. Mereka berdua sama-sama selingkuh dan saling menyalahkan satu sama lain. Hello … mendingan keduanya sama-sama sadar.

***

Wah … hari yang pas. Suasananya juga cerah, tidak begitu panas. Aku langsung memperkuat ikatan tali sepatuku dan langsung berlari. Pertama aku harus melewati meja. Hop, dengan satu gerakan aku berhasil melewatinya.

Memanjat tembok? Itu mah gampang. Tembok setinggi kurang lebih tiga meter berhasil aku panjat. Dan setelah melewatinya, aku melihat adegan seru lagi!

“Andi! Pokoknya hari ini kita putus!” kata Sasa dengan penuh emosi. Dia juga memegang lengan baju Andi. Wah … tomboy juga cewek itu.

“Apa? Putus? Kamu pikir kamu siapa? Kamu hanyalah cewek murahan! Kamu tidak pantas putus denganku!” yaelah bilang aja masih sayang, masih cinta, makanya tidak mau putus. Jangan pakai kata-kata kasar itu.

“Aku tidak mau melanjutkan hubungan ini lagi! Aku sudah muak! Pokoknya kita putus! Aku sudah punya pacar yang lebih ganteng dari kamu!”

“Dengar ya! Aku juga punya cewek yang lebih cantik daripada kamu. Tapi aku tidak mau putus denganmu. Kamu pikir kamu siapa?” yaelah, dasar cowok aneh. Pakai alasan itu segala.

“Pokoknya kita putus!” Sasa langsung menampar Andi dengan kerasnya. Wau … cewek itu ngeri juga ya.

Andi tidak terima. Dia langsung menampar Sasa tapi Sasa langsung menendang alat masa dengan Andi. Otomatis Andi tidak bisa bergerak. Apakah masa depan Andi terselamatkan?

Dan tiga puluh menit berlalu, Andi pun pergi meninggalkan Sasa. Setelah itu, aku langsung turun deh.

“Hehe, ternyata kamu lebih berani daripada dugaanku,” kataku setengah mengejek.

“Kamu! Siapapun kamu aku tidak peduli. Tapi aku berterima kasih kepadamu. Karena kata-katamu aku dapat menentukan sikap,” kata Sasa sambi memperlihatkan ekspresi puas.

Aku langsung tertegun.

“Oh ya sudah. Ngomong-ngomong sesama tuang selingkuh itu ya … harus sadar diri masing-masing,” kataku sambil berlari melewati rintang.

“AKU TIDAK SELINGKUH! DIA ITU TEMANKU YANG MENYAMAR JADI PACARKU!” Jerit Sasa mengejarku.

Sumber : bacacerpen.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun