Apa yang kita harapkan dari sebuah negeri yang
dibangun atas fiksi,mitologi dan cenderung
menyerempet klenik? Tak lain adalah penghisapan
serakah zona primer terhadap zona-zona sekunder,
serta penjajahan satu puak atas puak-puak lainnya.
Mereka paham benar, beberapa kohor sebelum kita
adalah baris-baris generasi transisi dari feodal ke
sistem modern. Ujung rambut sampai ujung kaki, kulit
ari sampai sari pati sumsum, sedemikian takjub pada
Yang Dipertuan. Celah ini benar-benar dimanfaatkan.
Mereka poles legenda-legenda purba, mereka tulis sejarah baru yang sesuai dengan syahwat kekuasaan
mereka. Mereka tanam dalam kepala dan hati kita:
"karya pujangga sebagai pertanda sesiapa penguasa,
naskah teater sebagai sejarah ketokohan pemersatu
nusantara, dan lain-lain."
(Agustus. 12)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H