Mohon tunggu...
Amrin Zuraidi Rawansyah
Amrin Zuraidi Rawansyah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Domisili di perhuluan Kapuas.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bulan Merdeka

7 Agustus 2012   11:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:08 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kita harapkan dari sebuah negeri yang
dibangun atas fiksi,mitologi dan cenderung
menyerempet klenik? Tak lain adalah penghisapan
serakah zona primer terhadap zona-zona sekunder,
serta penjajahan satu puak atas puak-puak lainnya.

Mereka paham benar, beberapa kohor sebelum kita
adalah baris-baris generasi transisi dari feodal ke
sistem modern. Ujung rambut sampai ujung kaki, kulit
ari sampai sari pati sumsum, sedemikian takjub pada
Yang Dipertuan. Celah ini benar-benar dimanfaatkan.
Mereka poles legenda-legenda purba, mereka tulis sejarah baru yang sesuai dengan syahwat kekuasaan
mereka. Mereka tanam dalam kepala dan hati kita:
"karya pujangga sebagai pertanda sesiapa penguasa,
naskah teater sebagai sejarah ketokohan pemersatu
nusantara, dan lain-lain."

(Agustus. 12)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun