Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Buku Kompasiana, Etalase Warga Biasa : Melaju Pasti Dengan Jurus "Anti Mati Gaya"

6 November 2013   15:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:31 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
906126_10151761820423871_477309428_o

Di buku ini, Kang Pepih juga menuturkan betapa strategi kolaborasi dan jurnalisme hybrid (hybrid journalism) juga menjadi kunci sukses Kompasiana untuk tetap bertahan. Termasuk menerbitkan buku hasil tulisan Kompasianers serta menayangkan dalam edisi Freez di Kompas Cetak. Pada bab 17, "Fenomena Laporan Seand Munir dan "Duet" Okti Li/Blindie Lee" , Kang Pepih mengupas fenomena tulisan unik Kompasianers yang berhasil memegang rekor keterbacaan hingga satu juta. Di halaman 193, kang Pepih menulis opininya : "Kasus Seand Munir ini makin meneguhkan keyakinan atau anggapan bahwa di internet adagium content is king masih tetap relevan, meskipun akhir-akhir ini khususnya pada jurnalisme arus utama lebih ditekankan context is king. Konten yang baik, dalam pengertian bermanfaat,aktual dan relevan dengan peristiwa kekinian, meski tanpa embel-embel headline dan ilustrasi sekalipun, tetap dibaca secara masif dan massal. Konteks yang disodorkan Seand Munir juga aktual dan relevan, yakni mengenai kecelakaan yang menimpa pesawat jet komersial milik Rusia itu di gunung Salak, Bogor yang menewaskan seluruh penumpang dan awaknya". Terus terang membaca buku ini membuka wawasan saya semakin luas tentang bagaimana memaknai Kompasiana sebagai Etalase Warga Biasa. Kehadiran Kompasiana saat ini tentu sudah jauh melampaui ekspektasi kang Pepih bersama jajaran adminnya saat pertama kali didirikan. Dengan gesit dan cerdik, Kompasiana melalui segala cobaan yang merintangi dengan jurus "anti mati gaya" melalui strategi pengembangan yang tepat sasaran. Ini sejalan dengan spirit Kompasiana sebagaimana yang diungkapkan di halaman belakang buku ini (dimana ada foto saya berseragam coverall biru ala petugas pengeboran minyak lepas pantai mejeng disana :) ) : Mengelola Media Sosial merupakan suatu proses in the making atau on progress menuju kesempurnaan. Selain visi, diferensiasi, dan platform yang tegas, media sosial selalu bergerak dinamis. Bergerak dari "me"-media menuju "we-media" dan sekarang bergerak lagi dari we-media ke crowdsource media. Kehadirannya harus dianggap sebagai media alternatif dan ditangkap sebagai pelengkap media arus utama yang telah ada terlebih dahulu". Salut dan sukses untuk Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun