Di buku ini, Kang Pepih juga menuturkan betapa strategi kolaborasi dan jurnalisme hybrid (hybrid journalism) juga menjadi kunci sukses Kompasiana untuk tetap bertahan. Termasuk menerbitkan buku hasil tulisan Kompasianers serta menayangkan dalam edisi Freez di Kompas Cetak. Pada bab 17, "Fenomena Laporan Seand Munir dan "Duet" Okti Li/Blindie Lee" , Kang Pepih mengupas fenomena tulisan unik Kompasianers yang berhasil memegang rekor keterbacaan hingga satu juta. Di halaman 193, kang Pepih menulis opininya : "Kasus Seand Munir ini makin meneguhkan keyakinan atau anggapan bahwa di internet adagium content is king masih tetap relevan, meskipun akhir-akhir ini khususnya pada jurnalisme arus utama lebih ditekankan context is king. Konten yang baik, dalam pengertian bermanfaat,aktual dan relevan dengan peristiwa kekinian, meski tanpa embel-embel headline dan ilustrasi sekalipun, tetap dibaca secara masif dan massal. Konteks yang disodorkan Seand Munir juga aktual dan relevan, yakni mengenai kecelakaan yang menimpa pesawat jet komersial milik Rusia itu di gunung Salak, Bogor yang menewaskan seluruh penumpang dan awaknya". Terus terang membaca buku ini membuka wawasan saya semakin luas tentang bagaimana memaknai Kompasiana sebagai Etalase Warga Biasa. Kehadiran Kompasiana saat ini tentu sudah jauh melampaui ekspektasi kang Pepih bersama jajaran adminnya saat pertama kali didirikan. Dengan gesit dan cerdik, Kompasiana melalui segala cobaan yang merintangi dengan jurus "anti mati gaya" melalui strategi pengembangan yang tepat sasaran. Ini sejalan dengan spirit Kompasiana sebagaimana yang diungkapkan di halaman belakang buku ini (dimana ada foto saya berseragam coverall biru ala petugas pengeboran minyak lepas pantai mejeng disana :) ) : Mengelola Media Sosial merupakan suatu proses in the making atau on progress menuju kesempurnaan. Selain visi, diferensiasi, dan platform yang tegas, media sosial selalu bergerak dinamis. Bergerak dari "me"-media menuju "we-media" dan sekarang bergerak lagi dari we-media ke crowdsource media. Kehadirannya harus dianggap sebagai media alternatif dan ditangkap sebagai pelengkap media arus utama yang telah ada terlebih dahulu". Salut dan sukses untuk Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H